“Oh iya. Semalam kan sudah saya masukkan ke tas waktu habis mengerjakan PR. Kenapa aku menjadi pikun ya?” kata Sevi mencari alasan.
“Kamu hanya kurang teliti, Vi.”
Kak Shela.
Kak Shela memang hebat. Selalu mendapat pujian dari Ayah dan Bunda Sevi. Selalu lebih baik dari Sevi. Siapa yang tidak kesal kalau selalu kalah dalam bersaing. Dan persaingannya justru di rumah sendiri. Persaingan dalam merebut perhatian dan kasih sayang Ayah dan Bunda Sevi.
Kenapa mesti ada Kak Shela?
Kalau sebelum ada Shela, Sevi selalu dimanja. Mau apa saja terserah. Ingin apa saja selalu diturut. Namun tidak setelah ada Shela di rumah ini.
“Lihat. Shela membereskan tempat tidurnya sendiri,” kata Bunda.
“Iya deh besok Sevi juga membereskan tempat tidur sendiri,” kata Sevi. Maka sejak itu pula, kamar Sevi selalu terlihat rapi. Setiap hari. Bundanya jadi senang. Ayahnya juga senang.
“Shela selalu salat Subuh,” kata ayah Sevi lain kali.
“Iya deh Sevi juga besok salat Subuh.”
Dan sejak saat itu pula Sevi selalu bangun lebih pagi. Salat subuh dulu. Baru mandi. Sehingga, sekarang Sevi tak pernah telat datang ke sekolah, walaupun jam sekolah di majukan setengah tujuh pagi.