Mohon tunggu...
Moch Aldy MA
Moch Aldy MA Mohon Tunggu... Mahasiswa - .

Redaktur Omong-Omong Media

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Si Dinamit Nietzsche: Nabi Persia, Sastra Yunani, Ubermensch, dan Amorfati

1 Januari 2021   15:21 Diperbarui: 2 Januari 2021   12:31 1459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.deviantart.com/

Atau mungkin, dalam kontemplasinya Nietzsche memang melihat Tuhan yang sedang dikubur, karena gugur dalam pertarungan melawan keganasan manusia. Mungkin juga, sekali lagi, Nietzsche ingin mengatakan bahwa "Tuhan telah mati dalam sanubari manusia, dan kita semua pembunuhnya".

Lagipula, Tuhan dalam angan kita, atau Tuhan yang sesungguhnya, memang tak mampu kita kalkulasikan secara logika sempit manusia. Tidak nyata kekuatannya, tampak bagai gelombang laut, yang menghempas bibir pantai. Atau sebuah tamparan pada pipi, atau seperti listrik yang menyalakan lampu, atau mungkin seperti uang yang dapat membeli segenggam permen manis.

Kegaiban atau kemistisan itu pula yang membuat banyak dari kita menjadi ragu dan memilih untuk menjadi "Ateis" atau "Agnostik". Namun saya percaya, bahwa Tuhan dapat kita buktikan dan rasakan dengan hati nurani. Mencari Tuhan menggunakan akal, logika, rasionalitas adalah seumpama mencari sinyal Wi-Fi dengan ponsel yang tidak memiliki spesifikasi untuk menangkap sinyal Wi-Fi.

Terakhir, di antara label amoral, ateis, agnostik, gila, atau apapun itu yang mereka sematkan pada Nietzsche, saya hanya ingin menyampaikan bahwa Nietzsche adalah salah satu filsuf paling religius yang pernah ada.

"Tidak ada fakta, hanya interpretasi"
-Friedrich Wilhelm Nietzsche

Akhir kata, sekian dan semoga semua makhluk berbahagia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun