Mohon tunggu...
Mochacinno Latte
Mochacinno Latte Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

day dreamer, art holic, coffee holic, painter, technocrat wanna be, author for his own satisfaction, idea creator

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ontran-ontran Ngarcopodo Seri 9: Merokok dengan Kaldu Tembakau Part 1

8 Mei 2018   16:07 Diperbarui: 8 Mei 2018   18:27 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Heee opo-opo sukanya bawa-bawa hobi orang, lain, kalau aku sukanya Rokok elektrik ya ndak usah di ributkan, kalau senenganku Soto ya jangan dipaksa makan mie ayam, ini kan urusan selera" mangkel juga Katon, mendadak disembur dan diseruduk Bagong, macam Parpol cari simpatisan.

"Kita kerjain nyok para Ca-gub itu, biar kapok". Ajak katon pada rekan-rekan se-gengnya.

"Ngerjain pemerintah bagaimana, kita ini ni, sudah dari jaman B3B sampai sekarang jaman Trans Sumatra ini selalu dan melulu dikerjain pemerintah kok, emang bisa Ton? Gimana caranya?" sahut Lennon seraya melangkahkan kudanya ke petak F-7 mengancam banteng dan Rajanya.

"Aah kalian itu, begini...." Katon menerangankan idenya kepada kawan-kawannya.

Memang benar adanya, bahwa manusia Ngarcopodo ini sedari jaman Bebas 3 Butanya sampai jaman saat ini selalu saja dibikin susah oleh pemerintah, entah itu dari pemerintah pusat ataupun diakali sejadi-jadinya oleh pamong desa-nya sendiri-sendiri. Bagaimana tidak, kala itu "Bapak" mengajari bagaimana cara menjadi Pejabat sekaligus penjahat, tapi memang oleh bapak sendiri atau paling banter Geng Motor Bapak ikutan nibruk bancaan-riuangan nikel, emas, minyak mentah, atau tambang lainya, dan sebagai penduduk desa, warga Ngarcopodo hanya meringis dan ketawa-ketiwi ketika menonton kelompen capir. Lain pula setelahnya, dari awal 2000an sampai saat ini justru ilmu dari "Bapak" telah diterima dengan baik dan benar oleh anak-anak didiknya, sehingga sekarang pun beramai-ramailah orang-orang itu menjadi pejabat dan penjahat, berjamaah massive tak punya malu bagai jamur kulit yang sulit diobati, gatal menyebalkan bikin malu tapi kok nempel ditubuh.

"Bagaimana? Piye joss to? Pokoknya ini bisa bikin kita untung dan sekaligus kita kerjain para badut-badut itu" Menanya Katon pada rekan-rekannya untuk mendapatkan persetujuan.

Manggut-manggutlah Bagong, Lennon dan Kampleng, entah mereka mudeng mengerti atau karena lagu dangdut yang dinyalakan oleh Yu Ginah lewat hengpong Shiomi berspeaker aktipnya.

Sepakatlah mereka merencanakan aksinya, Katon, Lenon, Kampleng dan Bagong. Entah renacana seperti apa yang akan meraka laksanakan yang jelas ini semacam aksi balas jasa kepada para Ca-Gub. Menjadi kesepakatan umum, bahwasannya para Penggede dan Pemimpin Bangsa ini telah berjasa mengajari rakyatnya untuk selalu sabar dan prihatin, berjasa karena memaksa rakyatnya untuk selalu mendekatkan diri kepada Gusti Tuhan Semesta dan berdoa semoga esok hari masih bisa sekedar Makan. Sungguh mulia sekali bukan.

Esok sore harinya sepulang bekerja mereka berjanji berkumpul di Warung syahdu Yu Ginnah untuk saling melaporkan hasil aksinya masing-masing. Sore itu mereka bersepakat untuk mendatangi Rumah para Ca-Gub, entah apa yang akan mereka lakukan sehingga hendak bertemu dengan para Calon Gubermen.

Pada sore di hari selanjutnya.

"Piye Kang Bagong? Kasil ora, berhasil ndak?" Katon yang baru datang di Warung Yu Ginah, turun dari motor bututnya sambil menanyai Bagong yang sudah datang lebih dahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun