Mohon tunggu...
Mochacinno Latte
Mochacinno Latte Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

day dreamer, art holic, coffee holic, painter, technocrat wanna be, author for his own satisfaction, idea creator

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ontran-ontran Ngarcopodo Seri 9: Merokok dengan Kaldu Tembakau Part 1

8 Mei 2018   16:07 Diperbarui: 8 Mei 2018   18:27 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iye nih padahal ada rasa baru lho. E-Juice Rasa pisang goreng dan merijuana hahaha maknyooss nan". Mang kampleng membela Katon.

"nyas-nyos-nyas-nyos.. slomot udud sisan lambemu Pleng". Bagong akhirnya ikutan nimbrung obrolan itu.

"Heh.. kalian, merokok kok elektrik, merokok kok pakai kaldu, kayak mbok ku wae masak pakai kaldu ayam. Kalian-kalian perokok elektrik ini memang tak tahu esensi kesejatian, esensi ke-naturalan, ke-alam semestaan,  maunya ditipu, diapusi. Mana ada kaldu benar-benar menyerupai aslinya, palingan itu dibuat pakai bahan kimia, koyo ra due pikiran wae kalian, mikir pakai otak jangan mikir pakai gaya". Bogong berontak dan protes dengan pedasnya.

"lho ini kan kita mau sehat, biar sehat biar tapi tetap bias menikmati cita-rasa merokok, Kamu itu ra mudengan Kang Bagong, Katrok dan ketinggalan jaman" sambil menyedot rokok elektriknya Katon membalas cemoohan Bagong dengan cuek.

"kalau mau sehat yo ndak usah ngerokok, lagian yang ngasih sehat kan Gusti yang buat jagat bukan vapormu, lagian mana ada ngerokok pakai kaldu tembakau, mending kalau tembakau asli. Kayak orson rasa jeruk saja ya Non. Mana ada orson itu dari jeruk betulan palingan-kan dari perasa yang dimirip-miripka, wong kok sukanya ditipu. Makanya kamu itu suka ditipu juga oleh para penggede itu, Wakil rakyat rasa rakyat, mana ada rakyatnya atau benar-benar memikirkan rakyatnya. Palingan pada mikirin perut dan partainya lebih-pada mikirin para gundik-gundiknya kan?" Bagong bersemangat berpidato.

"weeeeh mbleber nyamber sampai mana-mana macem wartawan bodrex ae Kang Bagong, santai-santai" Kalem katon menyahutinya.

"Heh itu siapa itu yang pada bawa sepanduk?" Kampleng mengalihkan tema obrolan, menunjuk kearah prapatan sebelah Warung Yu Ginah.

"iya siapa itu?" Yu Ginah muncul dari dalam warung karena mendengar suara mobil yang sekiranya berhenti didepan warungnya

Dari Warung terlihat 4 orang turut dari mengendarai mobil losbak-montor prutus warna biru, dua di depan dan dua di belakan. Orang yang depan seorang sopir dan pemuda necis nan rapi bak koordinator demo pun atau caleg partai baru, tampaknya dialah yang ngeboss-i sedang yang belakang sepertinya tukang suruh berbadan tegap dengan layaknya centheng pengecara kaya itu. Dalam bak terbukanya terdapat beberapa batang bambu panjang dengan tinggi yang sama dan beberapa helai spanduk yang mereka turunkan. Nampaknya juga bukan orang-orang dari desa itu, perawakannya tingi tegap macam pelaku presekusi tempo lalu di alun-alun.

"Mas-Bapak-Om-aA...hihi yang machoo issh, pesen kopi dong atau es teh mungkin, mumpung cuacanya panas ini, hot macam brita-brita murahan dari Buzzer hihi.. nanti pingsan lho kepanasan?" Segera saja Yu Ginah mendatangi mereka dan mengiming-imingi alias menawari dagangannya, macam mbak-mbak sales perumahan yang konfiden dan sedikit memaksa. Seperti biasa Yu Ginah kemayu dan tak tahan ketika melihan laki-lagi penuh otot, berisi,  liar, nakal, brutal.

"anu...anu.. eh...boleh-Boleh Mbok-De. Es Jeruk 4 ya" Sastro Kinthil menyahut tawaran Yu Ginah dengan sedikit terkaget.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun