Mohon tunggu...
Mochacinno Latte
Mochacinno Latte Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

day dreamer, art holic, coffee holic, painter, technocrat wanna be, author for his own satisfaction, idea creator

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ontran-ontran Ngarcopodo Seri 9: Merokok dengan Kaldu Tembakau Part 1

8 Mei 2018   16:07 Diperbarui: 8 Mei 2018   18:27 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"SKAAAAK!!... modyar koe Non" Ujar Bagong sambal meletakkan peluncurnya menyerang telak kejantung pertahanan Lennon, sukses mengunci mati Rajanya, atau jalan keluar lain adalah mengorbankan Patihnya untuk melindungi kelangsungan kerajaannya. 

Seperti halnya Seorang Kader Partai yang rela menjadi "Martir", masuk bui dan di eliminasi dari masyarakat. Alaah tapi hal seperti itu apa menjadi pengaruh pada pandangan masyarakat Nagari Ngarcopodo ini. Paling 1 bulan, 1 bulan, paling banter satu tahun dan Lupa, lalu tahun berikutnya nyaleg lagi jadi Angora kehormatan jadi-jadian lagi ya to? Karena dengan uang derajat Manusia dinegeri ini bisa dipermak dan dipesan sesuai kebutuhan.

"Haduh biyung... piye iki" Lennon kukur-kukur bin garuk-garuk gundulnya tampak kebingungan.

"Anu gini aja Kang Bagong, kalau mundur dua langkah bagaimana, jadi diulangi dua alangkah kebelakang kayaknya yang tadi salah langkah ini tak gratisin kopi wis nanti, bagai mana ya.. ya.. ya.. " Lennon pringas-pringis merasa kesulitan mencari jalan keluar manawar bak orang parpol, tawar sana-sini untuk cari koalisi yang menguntungkan.

"Aaaah.. mooh, ndak mau, tawaranmu kurang menarik. Nas ora iso, kalau kalah ya mengaku kalah, piye?  Mau ditata ulang dari awal caturnya? Jangan kaya cah cilik, anak kecil kalau kalah nyari kambing hitam dan alesan.  Apa mau menyerah?" Bagong tersenyum kecut bin mengejek nyeruput kopinya yang mulai dingin

Tampaknya tawaran Lennon Kurang menarik, tidak seperti tawaran Cukong Garam yang ingin memasukkan dagangannya kepada para Penggede Ngarcopodo, yang menggiurkan, sulit ditolak dan membahagiakan. Padahal kalau dipikir Ngarcopodo itu sebuah nagari yang hampir 70 persen adalah lautan, dimana lautan adalah salah satu sumber pembuatan garam dan hal tersebut tentu sangat menyedihkan.

Bagong dan Lennon, berdua mereka asik main catur di Warung Yu Ginah Minggu sore itu, Warung di pinggir pasar desa Parang Pojok. Sedang Katon dan Mang Kampleng mengamat-ngamiti mereka dari meja sebalah sambil mempersiapkan Wick dan memilang-miling Ejuice untuk rokok elektrik mereka. Tahun-tahun belakangan ini memang rokok elektrik sedang digandrungi para pemuda-pemuda Ngarcopodo, seperti biasa mereka gagap trend, budaya ikut-ikutan, budaya mbebek biar terliat keren dan tak ketingaalan jaman adalah salah satu penyebab pula rokok jenis ini menjadi laris manis di pasaran, benar-benar generasi tak punya identitas dan jati diri, walau memang benar-benar ada yang tidak ikutan trend tapi memilih.

Hal ini pula terjadi di ranah perpolitikan masyarakat saat ini, baik itu di dunia Per-Sosmedan atau di group-group WAG dan lainya, semua merasa pintar berorasi dan merasa paling benar. Kadang sudah tak diperdulikan lagi apakah hal itu benar atau salah, hoax, fitnah atau nyata yang penting sesuai dengan pandangannya itulah yang benar dan paling benar. Mungkin inilah yang dikatakan cinta itu buta atau mungkin inilah yang dinamakan taklid, bukan lagi taklid kepada para Ulamanya tapi Taklid pada Idolanya.

"heh... siapa ini yang menang, yang menang tak traktir Ejuice vapor baru rasa Kopi Luwak, ueanak lho apa yang rasa tembakau maknyoos tenan" Sungut Katon melirik Lennon entah menyemangati entah mengejek.

"Meneng koe.. cerewet, penonton kok kaya cukong maunya mendekat sama yang menang. Lha ini kan kalau aku atau Kang Bagong yang menang tetep, saja kamu menang kan Ton? Palingan besok kamu gentian minta traktir kopi ya to.. ya to? Gayamu kaya Jubir partai sebelah?" Lennon menyahut tawaran Katon dengan menggerutu.

"Hem... dikasih hadiah kok ndak mau.. sok idealis kamu." Tuduh Katon tak kalah ketusnya.

"Iye nih padahal ada rasa baru lho. E-Juice Rasa pisang goreng dan merijuana hahaha maknyooss nan". Mang kampleng membela Katon.

"nyas-nyos-nyas-nyos.. slomot udud sisan lambemu Pleng". Bagong akhirnya ikutan nimbrung obrolan itu.

"Heh.. kalian, merokok kok elektrik, merokok kok pakai kaldu, kayak mbok ku wae masak pakai kaldu ayam. Kalian-kalian perokok elektrik ini memang tak tahu esensi kesejatian, esensi ke-naturalan, ke-alam semestaan,  maunya ditipu, diapusi. Mana ada kaldu benar-benar menyerupai aslinya, palingan itu dibuat pakai bahan kimia, koyo ra due pikiran wae kalian, mikir pakai otak jangan mikir pakai gaya". Bogong berontak dan protes dengan pedasnya.

"lho ini kan kita mau sehat, biar sehat biar tapi tetap bias menikmati cita-rasa merokok, Kamu itu ra mudengan Kang Bagong, Katrok dan ketinggalan jaman" sambil menyedot rokok elektriknya Katon membalas cemoohan Bagong dengan cuek.

"kalau mau sehat yo ndak usah ngerokok, lagian yang ngasih sehat kan Gusti yang buat jagat bukan vapormu, lagian mana ada ngerokok pakai kaldu tembakau, mending kalau tembakau asli. Kayak orson rasa jeruk saja ya Non. Mana ada orson itu dari jeruk betulan palingan-kan dari perasa yang dimirip-miripka, wong kok sukanya ditipu. Makanya kamu itu suka ditipu juga oleh para penggede itu, Wakil rakyat rasa rakyat, mana ada rakyatnya atau benar-benar memikirkan rakyatnya. Palingan pada mikirin perut dan partainya lebih-pada mikirin para gundik-gundiknya kan?" Bagong bersemangat berpidato.

"weeeeh mbleber nyamber sampai mana-mana macem wartawan bodrex ae Kang Bagong, santai-santai" Kalem katon menyahutinya.

"Heh itu siapa itu yang pada bawa sepanduk?" Kampleng mengalihkan tema obrolan, menunjuk kearah prapatan sebelah Warung Yu Ginah.

"iya siapa itu?" Yu Ginah muncul dari dalam warung karena mendengar suara mobil yang sekiranya berhenti didepan warungnya

Dari Warung terlihat 4 orang turut dari mengendarai mobil losbak-montor prutus warna biru, dua di depan dan dua di belakan. Orang yang depan seorang sopir dan pemuda necis nan rapi bak koordinator demo pun atau caleg partai baru, tampaknya dialah yang ngeboss-i sedang yang belakang sepertinya tukang suruh berbadan tegap dengan layaknya centheng pengecara kaya itu. Dalam bak terbukanya terdapat beberapa batang bambu panjang dengan tinggi yang sama dan beberapa helai spanduk yang mereka turunkan. Nampaknya juga bukan orang-orang dari desa itu, perawakannya tingi tegap macam pelaku presekusi tempo lalu di alun-alun.

"Mas-Bapak-Om-aA...hihi yang machoo issh, pesen kopi dong atau es teh mungkin, mumpung cuacanya panas ini, hot macam brita-brita murahan dari Buzzer hihi.. nanti pingsan lho kepanasan?" Segera saja Yu Ginah mendatangi mereka dan mengiming-imingi alias menawari dagangannya, macam mbak-mbak sales perumahan yang konfiden dan sedikit memaksa. Seperti biasa Yu Ginah kemayu dan tak tahan ketika melihan laki-lagi penuh otot, berisi,  liar, nakal, brutal.

"anu...anu.. eh...boleh-Boleh Mbok-De. Es Jeruk 4 ya" Sastro Kinthil menyahut tawaran Yu Ginah dengan sedikit terkaget.

Sastro Kinthil adalah orang dari Kawedanan yang memang tak jauh dari Desa Parang Pojok, yaitu pemerintahan daerah yang memebawahi beberapa Kecamatan dan di bawah kabupaten. Bagian kerja Sastro Kinthil ini adalah Hubungan Masyarakat bagian Sosialisasi Pemilu dan pilkada. Potongannya Necis, kumis tipis, berkaca mata tebal, ekpresi selalu datar, dengan setelan safari, ballpoint di saku dan disempurnakan dengan peci yang agak kekecilan. Begitulah makhluk satu ini berbentuk absurd dan menarik untuk dibicarakan.

"Heeh Mbok Deee?? Tante doongs!! Uuh Oukeh kalau begitu kita bikinkan" Centhil nan kemayunya Yu Ginah. "ngomong-ngomong, bapak-bapak ini dari mana tho?lalu apa to ini Mase, kok bawa umbul-umbul sepertinya? Dari partai mana sih ya?" Sebelum beranjak kembali kewarungnya Yu Ginah sempatkan mengintrogasi Sastro Kinthil.

"oh ini Budhe, anu.. Bulik, ora nding Tante.... Ini spanduk sosialisasi Calon Gubermen nanti, jangan lupa nyoblos ya." Sastro Kinthil menjelaskan dengan agak Grogi

Manggut-manggut Yu Ginah pergi ke kedalam warungnya.

"Orang partai ya Yu? Kader apa mereka? Tampangnya kok marai pengen nabok gitu ya, apa memang kader itu selalu begitu ya?" Belum apa-apa Bagong sudah emosi hanya karena melihat penampilan Sastro Khintil

"Ho-oh lagunya kaya orang penting saja, pethita-pethiti, kalau pun dia abdi negara kan mereka juga abdi rakyat, alias babunya rakyat, harusnya ya salim ke kita-kita ini dulu lah" Tambah lennon.

"Embuh itu, kayaknya masang sepanduk para Ca-Gub buat pilkada besok, dari sepandukna sih gitu tadi bunyinya, malah ada yang sembonyannya gini lh -- Aku ra nunggu Rondomu/Dudomu, sing tak tunggu Coblosanmu- hihi kaya judul Dangdung Koplo yo" Yu Ginah mlengos ke dalam bilik warungnya menutup celetukan Bagong.

"Kalau tak salah ada 3 Calon Gubermen tahun ini. Satu pasangan incumbent, satu dari oposisi abadinya dan satu lagi dari poros tengah. Tapi apa iya mereka benar benar akan menjadi pemimpin sejati kita-kita nanti ya. Paling sama saja ngga becus seperti yang sudah-sudah." Disemburkan asap Vapor dari mulut Katon saat berujar.

"Iyak paling gitu doangan" Kempleng nambahi.

"palingan sama kaya orson tadi, apa Rokok elektri ora mutumu itu Ton" Lennon mengumpani perbincangan itu.

"ho-oh, kaya rokok mu itu Ton, katanya rokok tapi kok apus-apus, tipu-tipu, rasanya doang padahal bukan, katanya rasa jeruk tapi hanya perasa jeruk, katanya pemimpin jebul hanya sepertinya saja pemimpin, katanya wakil rakyat, jebul memetingkan rakyat kalangannya atau partai dan kelompoknya, rakyat Mbah mu koplor kui po.." Saking emosinya Bagong ngemplok pisang goring sekaligus mak lep ke mulut ketusnya.

"Heee opo-opo sukanya bawa-bawa hobi orang, lain, kalau aku sukanya Rokok elektrik ya ndak usah di ributkan, kalau senenganku Soto ya jangan dipaksa makan mie ayam, ini kan urusan selera" mangkel juga Katon, mendadak disembur dan diseruduk Bagong, macam Parpol cari simpatisan.

"Kita kerjain nyok para Ca-gub itu, biar kapok". Ajak katon pada rekan-rekan se-gengnya.

"Ngerjain pemerintah bagaimana, kita ini ni, sudah dari jaman B3B sampai sekarang jaman Trans Sumatra ini selalu dan melulu dikerjain pemerintah kok, emang bisa Ton? Gimana caranya?" sahut Lennon seraya melangkahkan kudanya ke petak F-7 mengancam banteng dan Rajanya.

"Aah kalian itu, begini...." Katon menerangankan idenya kepada kawan-kawannya.

Memang benar adanya, bahwa manusia Ngarcopodo ini sedari jaman Bebas 3 Butanya sampai jaman saat ini selalu saja dibikin susah oleh pemerintah, entah itu dari pemerintah pusat ataupun diakali sejadi-jadinya oleh pamong desa-nya sendiri-sendiri. Bagaimana tidak, kala itu "Bapak" mengajari bagaimana cara menjadi Pejabat sekaligus penjahat, tapi memang oleh bapak sendiri atau paling banter Geng Motor Bapak ikutan nibruk bancaan-riuangan nikel, emas, minyak mentah, atau tambang lainya, dan sebagai penduduk desa, warga Ngarcopodo hanya meringis dan ketawa-ketiwi ketika menonton kelompen capir. Lain pula setelahnya, dari awal 2000an sampai saat ini justru ilmu dari "Bapak" telah diterima dengan baik dan benar oleh anak-anak didiknya, sehingga sekarang pun beramai-ramailah orang-orang itu menjadi pejabat dan penjahat, berjamaah massive tak punya malu bagai jamur kulit yang sulit diobati, gatal menyebalkan bikin malu tapi kok nempel ditubuh.

"Bagaimana? Piye joss to? Pokoknya ini bisa bikin kita untung dan sekaligus kita kerjain para badut-badut itu" Menanya Katon pada rekan-rekannya untuk mendapatkan persetujuan.

Manggut-manggutlah Bagong, Lennon dan Kampleng, entah mereka mudeng mengerti atau karena lagu dangdut yang dinyalakan oleh Yu Ginah lewat hengpong Shiomi berspeaker aktipnya.

Sepakatlah mereka merencanakan aksinya, Katon, Lenon, Kampleng dan Bagong. Entah renacana seperti apa yang akan meraka laksanakan yang jelas ini semacam aksi balas jasa kepada para Ca-Gub. Menjadi kesepakatan umum, bahwasannya para Penggede dan Pemimpin Bangsa ini telah berjasa mengajari rakyatnya untuk selalu sabar dan prihatin, berjasa karena memaksa rakyatnya untuk selalu mendekatkan diri kepada Gusti Tuhan Semesta dan berdoa semoga esok hari masih bisa sekedar Makan. Sungguh mulia sekali bukan.

Esok sore harinya sepulang bekerja mereka berjanji berkumpul di Warung syahdu Yu Ginnah untuk saling melaporkan hasil aksinya masing-masing. Sore itu mereka bersepakat untuk mendatangi Rumah para Ca-Gub, entah apa yang akan mereka lakukan sehingga hendak bertemu dengan para Calon Gubermen.

Pada sore di hari selanjutnya.

"Piye Kang Bagong? Kasil ora, berhasil ndak?" Katon yang baru datang di Warung Yu Ginah, turun dari motor bututnya sambil menanyai Bagong yang sudah datang lebih dahulu.

"Mantep tenan Ton, Joss... dapat 10jt kita" Pe-de bagong, sambil nyedot ududnya.

"Podo, malah dikasih bonus aku total 15juta, katanya buat uang saku pergerakan relawan hahaha.., belum apa-apa sudah berani membeli kesetiaan manusia, supaya loyal, dan setia." Meletakkan pantat ke Kursi panjang dihadapan Bagong, Katon memberi kabar aksinya.

"Ngemeng-ngemeng, si Lenon sama Kampleng mana yak ok belum muncul, lihat tidak Yu?." Clingak-clinguk Katon Menanyai Yu Ginah.

"Embuh, Teuing, belum kelihatan tuh, mau pada minum apa nih Kang Katon n Kang Bagong?" jawab Yu  Ginah dan Tanya Yu Ginah.

"Biasa Kopi Pahit Yu, sehapit nasib para petani di negeri ini. Kamu ya biasanya kan Ton Kopi agak pahit agak manis. Kopi kok anyang-anyangen. Naah itu mereka..." sambil memesan kopi bagong menunjuk kearah prapatan Pasar Impress Desa Parang Pojok menunjuk kedatangan Lennon dan Kampleng.

Lennon dan kampleng datang dengan wajah sumringah dan cengar-cengir, tampak bahagia sekali mereka sore itu.

"Kok gunya-nguyu kamu berdua, mesam-mesem kayak ngga punya utang saja kalian. Ada apa to? Gimana hasilnya?" Bagong menyeruput kopi pahit pesanannya, menyai dua makluk ajaib itu dengan penuh curiga.

"Kita menang besar.. mantep nih" Bang kempleng menyahut sembari meletakkan pantatnya.

"He-eh, semalem kita datang ke Pak Ca-Gub nomor 2 itu, ternyata lagi tidak dirumah. Katanya sih rapat penting gitu, lalu kita cari-cari info di pengawal pribadinya. Tadinya susahe pool iku cari infonya, tapi setelah kami bilang bahwa kami perwakilan dari desa Parang Pojok ingin ketemu beliau, mau ngomong mengenai Pilkada dan bisa menjanjikan suara 90% warga Parang Pojok dan bahkan 70% di Kabupaten Ramegawe jadi milik Pak Ca-Gub nomer 2 itu, maka si Pengawal kurang pinter itu ngasih info ke kita dimana Pak Ca-Gub." Lennon menambahi sambil nyeruput kopi yang bukan miliknya.

"Heh.. Iki kopi ku, kopi saya main samber saja, persis anggota dewan nyamber proyek, pesen sana" Katon mbesengut kopinya di-cucup Lennon tanpa aba-aba.

"Waladalah kirain ini milik rakyat bersama je, jadi semua rakyat bisa menikmati haha." Tanpa merasa bersalah Lennon membalas.

"Wis-wis, Yu Kopi dua ya, buat mereka. Trus gimana teruse? Kalian akhirnya menemui nya kan? " Bagong penasaran mengintrogasi Lennon dan Kampleng.

"Waini, coba gimana?" Tambah Katon.

"Nah setelahlah kita menuju alamat yang ditunjukkan oleh Pengawal pribadi tadi. Di Villa lho, lha to, rapat kok di Villa. Nah ternyata ngga rapat beliau tapi malah indehoi bersama genda-ane alias istri mudanya. Terang saja beliaunya kaget ada tamu tak jelas datang mak-bendunduk. Lalu kami memperkenalkan diri dan menayampaikan keperluan kami, tentu saja dengan memeberikan bergaining yang tadi saya omongkan sama Pengawalnya, bahwa kami bisa melokalisir suara massa." Yang ditanya nyeruput kopi pesanannya lalu memberikan keterangan dengan penuh semangat.

"Ekspresinya itu lho.. Pas buka pintu sampai rokoknya jatuh, mungkin dikiranya kita ini utusan dari Istri pertamanya" Kampleng meneruskan.

"Lalu kami disuruh masuk, intinya sih OK dan ngasih 30 Juta, hahaha buanyak to. Dia bilang yang 20 buat dana kerahiman pembangunan vasilitas desa dan yang 10 buat kita katanya, supaya jangan biang siapa-siapa bahwa dia punya istri muda yang demplon itu, kan bisa berabe nanti citra nya. Kan mau Pilkadal..."  Ceria Lennon menceritakan kemenangannya.

"Hahahaha...." Berbarengan mereka Ngakak bersama.

Tawa ceria mereka sore itu seperti hendak mengagetkan seluruh makluk di bumi in. Rencana mereka berhasil, rencana ngerjain dan ngakalin para Calon Gubernur, yaitu menawarkan jaminan suara rakyat yang tentu saja itu adalah hal yang sangat diiinginkan oleh semua Calon Gubernur itu, tentu saja sebagai imbalannya mereka menodong beberapa kepeng dana dengan alasan untuk pembangunan jalan, tempat ibadah posko simpatisan dan vasilitas desa lainnya.

Mereka adalah Calon Pemimpin tingkat provinsi yang mungkin belum tentu benar mereka nanti adalah pemimpin atau hanya manusia abal-abal dengan rasa pemimpin seperti orson rasa jeruk  atau seperti anggota dewan yang katanya perwakilan rakyat tapi tak pernah ada rakyatnya dan pantas untuk dikerjain

To Be Continued ke Merokok dengan Kaldu Tembakau part 2

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun