Mohon tunggu...
Muhamad Nabil
Muhamad Nabil Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nabil MH

Menulis apa yang ingin ditulis, lalu disebar semoga menjadi manfaat untuk sekitar. Menulis adalah menyerang, Membaca adalah melawan. #SalamLiterasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Untukmu yang Sudah Tenang di Sana, Namun Masih Kami Rindukan

30 Desember 2019   20:47 Diperbarui: 30 Oktober 2020   14:58 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu dekade sudah ragamu pergi

namun pepatahmu tentang rasa damai dan kesetaraan masih saja bertualang di muka bumi

karena rasanya bagi kami kau masih ada bersama kami berjalan bersama mengarungi peliknya permasalah negeri ini.

kami masih ingat ketika kau dilengserkan dari jabatan Presiden RI

tapi dengan entengnya kau berceloteh apa sih tingginya jabatan presiden di negeri ini

sampai harus mengorbankan darah rakyat sendiri.

satu dekade sudah ragamu tak bersama kami

tapi semangat kau dalam menjadi pejuang kemanusiaan yang kau wariskan akan terus kami perjuangkan

semangat menjaga persatuan dalam perbedaan yang kau perjuangkan akan terus kami sebarkan

perilaku serius dibalut guyon dan canda yang kau ajarkan akan terus kami lakukan ketika sekarang hal tersebut menjadi barang langka

serta kobaran semangat menjaga keutuhan entitas NKRI yang kau titipkan akan terus kami jaga dan pertahankan

seandainya kau masih bersama kami

tak akan ada peristiwa berdarah di ujung negeri

ketika suara-suara putra papua dikebiri

dan apabila kami boleh bercerita, kasihan sekali saudara kita di Papua

yang kehilangan hak nya sebagai manusia merdeka.

Benar prediksi kau dahulu

Ketika banyak orang yang belum tahu dan cenderung menutup telinga

Sekarang makin banyak saja golongan yang menjual agama

hanya demi kepentingan semata

dengan embel-embel jual satu atau dua ayat

banyak orang yang terjerat.

Kalau boleh, datanglah ke mimpiku

Akan kubawa lagi kau mengelilingi nusantara dengan perahu

Sambil kuceritakan tentang permasalahan yang sedang menggerogoti ibu pertiwi

Diselingi diskursus, pastinya kau akan beri kami ribuan solusi

Diiringi penuturannya memberi solusi,

Kami rindu ucapanmu GITU AJA KOK REPOT.

Oh, Wahai sang Guru Bangsa. Terima kasih telah mewariskan begitu banyak ilmu serta perjuangan menjaga rasa damai,keadilan dan persatuan dalam perbedaan.

mataNya boleh buta, namun engkau bisa melihat manusia seutuhnya. tanpa embel-embel jabatan,harta,suku dan agama.

kakiNya memang sudah tak bisa jalan, namun engkaulah yang menuntun bangsa indonesia menuju demokrasi dan keadilan yang sesungguhnya.

Kini tak terasa, sudah satu dekade engkau pulang meninggalkan kami semua.

Semoga apa yang kau tinggalkan dapat kami lanjutkan untuk Indonesia.

dari aku yang selalu merindukan dan mendoakan engkau,

Muhamad Nabil.

*sedikit cerita, dahulu saya akan diberi nama Abdurahman Wahid.

Namun karena atas perundingan keluarga rencana itu tidak jadi.

Wallahu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun