Mohon tunggu...
M Munawir
M Munawir Mohon Tunggu... Guru - Menjadikan Hidup Lebih Bermakna

Guru Di Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tuma'ninah dalam Rangka Meraih Mutmainnah

28 Juni 2024   21:40 Diperbarui: 28 Juni 2024   22:03 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tuma'ninah, ialah ketentraman dan ketenangan hati, yang ditandai dengan hilangnya kegundahan, kekhawatiran dan guncangan darinya. Yang demikian ini tidak akan terjadi karena suatu pun kecuali karena Allah dan dengan cara mengingatnya semata.

Sedangkan, selain itu adalah tuma'ninah yang menipu. Keyakinan kepada Allah selain Allah merupakan kelemahan yang sudah dipastikan Allah dan tidak dapat ditarik kembali.

"Siapa yang merasa tentram karena suatu selain Allah, tentu akan dihinggapi kegundahan keguncangan dan kegelisahan yang datang dari sisi darinya sendiri, siapapun dia.

Bahkan sekiranya seorang hamba merasa tentram dan tenang kepada ilmunya sendiri, keadaan dan amalnya ketentraman itu pun akan sirna dan meninggalkan dirinya. Allah telah menciptakan tujuan yang dikehendaki jiwa orang-orang yang tentram kepada selain-Nya berupa anak panah cobaan, agar hamba-hamba dan para waliNya tahu bahwa orang yang bergantung kepada selain Allah akan terputus.

"Orang yang merasa tentram kepada selain Allah dengan mengabaikan kemaslahatan dan tujuan dirinya tentu akan terhalang," kata Ibnu Qayyim.

Ketika nafsu telah tenang dengan Allah, tenteram dengan mengingat-Nya, berpulang kepada-Nya, rindu berjumpa dengan-Nya, bersandar pada kedekatan-Nya, maka itulah nafsu muthmainnah. Nafsu ini pula yang diseru jadi hamba yang ridha dan diridhai:

"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha lagi diridhai-Nya," (QS. al-Fajr [89]: 27-28).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun