Mohon tunggu...
M Munawir
M Munawir Mohon Tunggu... Guru - Menjadikan Hidup Lebih Bermakna

Guru Di Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tuma'ninah dalam Rangka Meraih Mutmainnah

28 Juni 2024   21:40 Diperbarui: 28 Juni 2024   22:03 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tenang setelah melakukan.Sadari semua itu adalah perjuangan.Evaluasi diri untuk perbaikan ke depan.Tawakal untuk hasil yang diharapkan.

Semoga Allah senantiasa memberikan bimbingan agar kita dapat menjalani kehidupan ini penuh dengan ketenangan untuk mewujudkan kualitas hidup.

Ibnu Qayyim al-Jauziyah membagi thuma'ninah dalam beberapa tingkatan. 

Pertama, thuma'ninah karena berzikir kepada Allah, sehingga menghilangkan ketakutan dan mendatangkan harapan dan ketenteraman.

Kedua, thuma'ninah ruh ketika mencapai tujuan kasyaf (terbukanya rahasia Allah), rindu akan janji suci, dan bertemu setelah berpisah. Ketiga, thuma'ninah karena menyaksikan kehadiran kasih sayang Allah, menggapai keabadian, dan mencapai derajat cahaya yang abadi.

Thuma'ninah hanya berlaku pada perbuatan yang baik, sebab hal itu akan mengakibatkan kebakaan dan kedamaian. Sementara thuma'ninah yang dikaitkan dengan perbuatan buruk atau dosa merupakan thuma'ninah yang semu, yang akan mengakibatkan kefanaan dan kekacauan, sebab dosa merupakan kondisi emosi individu yang dirasa tidak tenang setelah ia melakukan perbuatan itu dan merasa tidak enak jika perbuatannya diketahui oleh orang lain.

Seluruh perbuatan yang berlabel dosa tidak akan bermuara pada thuma'ninah, sekalipun dalam dosa terdapat kenikmatan yang semu. Thuma'ninah dapat diraih oleh individu ketika ia mentaati hukum-hukum yang ditetapkan oleh Allah SWT. Dia yang menciptakan batin manusia dan yang memberi petunjuk bagaimana batin itu mendapatkan thuma'ninah.

Thuma'ninah kepada Allah SWT merupakan hakikat yang disusupkan Allah ke dalam hati hambaNya, lalu Allah menghimpun hati itu dan mengembalikan hati yang hendak lepas bebas sehingga kembali kepadaNya. Karena itu seakan-akan dia sedang duduk di hadapanNya, dapat melihat dengan-Nya mendengar dengan-Nya, bergerak denganNya dan memegang apapun denganNya.

Thuma'ninah yang Hakiki tidak bisa didapatkan kecuali dengan kembali kepada Allah dan mengingatNya.

Inilah Firman yang diturunkan kepada para rasulNya sebagaimana firman Allah dalam surat ar-ra'd ayat 28 :

"Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun