"Maka berikanlah apa yang kau minta sendiri untuk dijrimu saat ini."
Angin tiba-tiba mengalir deras, menggulung-gulung, dan menghantam, meluluhlantakkan apa saja yang menghalangi jalannya. Kupu-kupu yang mengepak sayapnya itu, terbawa dalam pusaran tebal, berputar tepat di tengahnya. Sayapku koyak, kaki-kaki lentikku patah di setiap persendiannya. Tak mampu lagi sayapmu menahan tubuhku di ujung ranting randu, jatuhlah tubuhku dalam lidah udara yang tak terperikan kecepatannya.
Dan aku menangis, di tengah deru angin itu, karena nyawaku ternyata masih di antar ranting randu, dan tak turut lepas bersama tubuhkku, yang kini sedang berenang dalam pusaran angin, dan entah mengalir ke arah mana.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H