Demikianlah teologi Hizbut Tahrir (HT) yang menurut penulis penuh dengan kerancuan. Misalnya tentang kema'shuman para nabi, menurut Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani para nabi dan rasul ma'shum hanya setelah menjadi nabi, namun tidak ma'shum sebelum menjadi nabi dan rasul. Padahal para nabi dan rasul sebagaimana disampaikan oleh Imam Muhammad bin Ahmad al-Dasuqi dalam Hasyiyah 'ala Syarh Umm al-Barahin adalah amanah, maksudnya keterjagaan lahir dan batin dari terjerumus hal-hal makruh dan haram (hifdzu dhawahirihim wa bawathinihim min al-wuqu'i fi al-makruhat wa al-muharramat), baik berupa dosa-dosa kecil maupun dosa besar (shaghair aw kabair), baik sebelum kenabian atau sesudahnya (qobla al-nubuwwah aw ba'dah), baik disengaja atau lupa ('amdan aw sahwan).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H