Mohon tunggu...
miyaa dewayani
miyaa dewayani Mohon Tunggu... -

Saya hanya seorang penulis amatiran yang memiliki hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Batas [Part 1]

9 November 2013   11:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:24 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku di rumah sakit ya? Aku menunduk dan melihat bajuku yang ternyata sudah diganti dengan baju rumah sakit. Semacam pijama berwarna biru muda yang terbuat dari katun.

Aku mencoba bangkit, bangun dari tempat tidur dan menuju ke toiet. Namun kepalaku kembali terjatuh ke bantal. Aku pusing. Kepalaku terasa sangat sakit hingga terasa sulit untuk bangun.

Aku baru menyadari ternyata selang IV dan juga jarum kecil yang tertancap di jariku, juga membuatku kesulitan.

Aku mendesah. Sambil menunggu kondisi kepalaku membaik, aku memperhatikan sekeliling ruangan tempatku dirawat. Dan... Mataku melebar. Ya ampun, ini ruangan VIP!

Oh God! Bagaimana aku bisa membayar semua ini? Ini kamar yang mewah. Aku tidak memiliki uang! Dan bahkan untuk makan malam adikku Drew, aku harus mengorek tempat sampah untuk mencari sisa pizza.

Lalu ini... Aku meringis bingung. Orang bodoh mana yang sudah membawa gelandangan sepertiku ke rumah sakit besar, di ruangan VIP yang mewah.

Akh! Memikirkan bayaran rumah sakit membuat kepalaku terasa mau pecah. Oh ya, adikku Drew! Di mana dia?

Aku tersentak bangun! Keinginan untuk mencari adikku mengalahkan rasa sakit kepala yang begitu menyengat. Aku terengah di atas ranjang rumah sakit, sambil memegangi kepalaku. Mataku melebar liar menatap sekeiling ruangan untuk mencari Drew.

"Drew!" panggilku panik sembari hendak mencabut selang IV dari tanganku. Tepat di saat itu seseorang tiba-tiba membuka pintu dan menghambur masuk.

"Kamu sudah sa... Hei! Kamu gila ya? Jangan lepas selang infusnya!" serunya sembari menepis tanganku yang ingin mencabut jarum IV.

Aku mendongak menatapnya. Dia seorang lelaki muda berwajah rupawan, dengan tembaga berantakan yang membingkai garis wajah sempurnanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun