Mohon tunggu...
Pramitha Wahyuninggalih Soeharto
Pramitha Wahyuninggalih Soeharto Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang pengangguran yg suka corat-coret

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cintaku di Ujung Senja, Seribu Pantai

25 Februari 2012   02:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   09:57 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***mom-pop***

Kini, diakhir Januari yang membosankan. Diatas sebuah meja di teras rumahku, selembar kertas violet dengan ukiran bunga dan harum melati terdampar santai tak tersentuh. Sebuah undangan pernikahan yang mengukir nama mempelai pria “Dendy Destian Al-yoga”.

Dia kekasihku, belahan jiwaku, lelaki yang selalu ku harapkan menjadi jodohku, mahluk Tuhan yang paling tampan yang sangat ku cintai dan telah ku anggap sebagai suamiku. Kini menghianatiku! Dia menikahi seorang wanita bernama “Vionita Restiana” seorang wanita yang dipilihkan orang tuanya.

Hatiku remuk, cintaku hancur. Dan ku tahu Tuhan tak mengamini do’aku dalam pesan yang ku tulis untuk-Nya saat malam purnama tempo hari, atau awan dan gemintang tak menyampaikan sepucuk suratku pada Tuhan? Aku kecewa, kenapa  bahagiaku semu? Padahal sakit yang mendera hidupku sejak 13tahun terakhir ini kekal. Tak sayang kah Tuhan padaku? Atau memang takdir yang tak adil yang setia menemaniku? Entahlah, aku terlalu bodoh untuk mengeja makna yang tersirat dalam hidupku.

Di senja yang tetap indah dengan kemilau lembayung. Aku menutup sebuah buku yang makin usang, telah cukup banyak penaku  menorehkan cerita cinta aku dan dia. Aku diam menahan sakit yang kembali mendera kepalaku. Aku tersenyum, ketika sadar dan aku ingat dari fajar terbit hingga senja terbentang di cakrawala ini sebutir obat pun belum aku telan, padahal menurut Malaikat yang sering disebut Dokter itu, setiap selang 5 jam harus ada 6 butir obat yang masuk lewat tenggorokanku.

Aku terpejam. Melayang meninggalkan tubuh rentaku. Bukan karena termakan usia tapi karena cinta palsu dia dan penyakit sialan yang setia bersemayam di kepalaku.

Hamparan pasir  putih ditepian pantai semakin jauh dibawahku. Raga yang selama 20 tahun ini menjadi tempat roh ku berlindung, kini tergeletak tak bernafas di bentangan putih bibir pantai baron, dengan seulas senyum manis yang dulu memikat semua mahluk Tuhan yang memandangnya. Malaikat bersayap membawa ku terbang menembus kemilau lembayung yang menghias langit senja.

“Selamat tinggal sayang… terima kasih atas cinta yang pernah kau berikan, untuk bahagia yang selalu kau ciptakan saat bersamaku dulu, dan untuk penghianatan yang dah kau lakukan, untuk sakit dan kecewa yang kau ajarkan. Kini aku terbang bersama Malaikat, aku tetap setia menunggumu di Surga. Love you pop…..”

***The End with Love***

#Hanya sebuah catatan untuk Cinta monyetku yang kembali menjadi CLBK-ku dan kini menjelma menjadi cinta mati ku yang perlahan membunuh perasaanku. Just for my pop, ‘Codhoet Bohaaii’

*13 Januari 2012

Korban cinta palsumu

Mom, Gael pengsek

(Pramitha Wahyuninggalih Soeharto)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun