Mohon tunggu...
Pramitha Wahyuninggalih Soeharto
Pramitha Wahyuninggalih Soeharto Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang pengangguran yg suka corat-coret

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cintaku di Ujung Senja, Seribu Pantai

25 Februari 2012   02:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   09:57 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***mom-pop***

Cinta suci yang selama ini aku agungkan, kesempurnaan dia yang tiap menit aku banggakan, ternyata kini menghujamku. Cinta yang ku anggap membahagiakanku ternyata perlahan semakin membunuhku. Menyayat kulit tipis yang selimuti hatiku, menusuk relung-relung cintaku dan sangat kejam mencabik mimpi-mimpi indah yang ku gantungkan bersamanya.

Dia menodai cintaku, dia nodai harapan tulusku, dan dia pun tega nodai tubuhku. Dia nodai aku yang dulu selalu di jaga. Seketika remuk rasa kagumku padanya. Dia pecundang! Banci, pengecut yang bersembunyi dibalik lekuk-lekuk ketampanan. Aku kecewa! Dan sekuat hati mencoba membencinya. Meski kenyataan yang ku dapat, aku tak pernah mampu menghapusnya dari ingatanku.

Diawal februari, entah ditahun keberapa setelahku kembali menjadi kekasihnya. Dia mengajakku berlibur ke satu pulau cantik diluar pulau jawa. Kami menikmati liburan yang romantis ini dengan bahagia. Kemesraan selalu terpancar lewat gemulai lembut ragaku dan dia. Bak sepasang pengantin baru yang sedang berbulan madu.

Senja yang indah seperti senja-senja yang telah ku lewati bersamanya. Aku masih bermanja dalam peluknya. Entah pada menit ke berapa kami bergumul mesra diatas pasir putih pantai yang masih perawan ini yang setiap harinya tak banyak wisatawan yang mengunjungi.

Nafas kami memburu merasakan gejolak yang menggebu yang kini menjalar ke seluruh tubuh lewat aliran darah dan denyut nadi. Aku sadar ini adalah dosa besar, tapi anehnya aku tetap menikmati sensasi menggelitik yang dahsyat diubun-ubunku. Ku pacu seluruh tenagaku untuk terus mendaki puncak-puncak Surga.

Ciumannya penuh nafsu yang dipenuhi para Iblis. Pelukannya menguat menghapus jeda norma yang makin samar. Jemarinya menggelitik liar membelai tiap lekuk tubuh mulusku. Sorak-sorai setan menyemangati kesesatan yang kami lakukan. Desahan dan peluh yang kami hasilkan seperti rangsangan kepada setan untuk membawa kami terbang menuju lapisan langit tertinggi sebelum melemparkan kami ke jurang Neraka penuh kenistaan.

Senja yang indah saat ini, telah ternoda oleh cairan bening yang bersemu merah, darah perawanku. Aku menangis, menyesali perubahan yang terjadi begitu cepat dihidupku. Hanya dalam hitungan menit semua berubah, namun aku tetap berharap cintanya untukku tak akan berubah dan dia tetap jadi sosok yang selalu menyayangi sebagai belahan jiwanya.

Jemarinya menyeka butir bening yang masih mengalir dari sudut mata sipitku. Lembut, tanpa nafsu yang tadi selimuti kami. Perlahan dibawanya tubuhku ke dalam pelukannya, dibelai tiap helai rambutku yang basah oleh peluh. Bibirnya mengecup keningku pelan. Seperti ada ribuan kata yang ia titipkan lewat kecupan itu. Bibirnya perlahan bergeser menuju relung telingaku dan ku dengar selarik bisiknya.

“Love you, Mom” Bisiknya hangat

“Love you too, Pop”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun