"Tapi aku tak mau ke sana!"
"Huhh susah amat! Det! Det! Det!"
"Hah? Apa? Kenapa? Hans? Kau sudah putuskan?" Det tersadar dari lamunan akibat warna hitam pekat yang seakan menarik-narik dengan kuat dari belakang dan suara-suara yang tak jelas yang menambah hilang kesdarannya.
"Apa Det? Aku tak memanggilmu, aku hanya ingin disini, tidak mau kemana-mana, hanya disini, terserah mau bagaimana caranya, syaratnya... Det."
"Tapi.. itu tak mungkin, kau kan sudah tahu hukumnya, aturannya?"
"Hans, kau unik, kau aneh, hanya satu saja, kau yang bisa menahanku disini, bahkan warna hitam pekat di belakang kita menolakmu, menyuruhmu ke depan, tempat yang lembut, yang teduh, tapi lagi-lagi kau aneh, tak mau ke sana."
"Aku hanya ingin disini, tidak mau kemana-mana, hanya disini, terserah mau bagaimana caranya, syaratnya... bisa kan Det?"
Det garuk-garuk kepala, tidak tahu harus bagaimana. Bila meng-iyakan keinginan Hans, ia bisa saja salah, namun bila menolaknya, ia juga tak bisa memaksa atau bahkan menyeret Hans ke warna putih cerah yang memendar lembut, meski sangat terang dan teduh. Aku harus bagaimana? Gumamnya lirih, namun bergema hingga ke ujung-ujung ruang dan waktu. Bocah gila, anak edan, dikasih enak tidak mau, dihukum juga, hakimnya tidak mau, susah!
"Aku hanya ingin disini, tidak mau kemana-mana, hanya disini, terserah mau bagaimana caranya, syaratnya... Det,"
"Aku tidak minta untuk dilahirkan sebagai manusia Det, aku juga tak minta untuk dipanggil pulang aka mati lalu jadi penghuni surga Det!
"Aku hanya ingin disini, tidak mau kemana-mana, hanya disini, terserah mau bagaimana caranya, syaratnya... Det,"