"Makasih Det"
"Buat apa?"
"Buat... ah sudahlah Det," Hans mendengus pelan, panjang, pandangannya dibuang jauh dari Det yang sejak tadi sangat tajam melihatnya. Aku hanya ingin disini, tidak mau kemana-mana, hanya disini, terserah mau bagaimana caranya, syaratnya... gumamnya pelan.
"Tapi.. itu tak mungkin, kau kan sudah tahu hukumnya, aturannya?"
"Makasih Det."
"Makasih sudah mendengar suaraku, meski aku tak bersuara."
"Ah ha ha ha, Hans Hans, kau lucu, lucu, lucu sekali ha ha ha," Det tertawa sambil beranjak berdiri, menyeka keringat yang mengucur deras. Di kejauhan dilihatnya hamparan warna putih cerah memendar lembut, meski sangat terang. Dihelanya baju panjang setengah basah agar mengenai kepala Hans, namun yang terjadi hanya lewat seperti kabut. Hal itu membuatnya kesal sehingga memaksa matanya untuk melihat ke belakang, di mana warna hitam pekat seakan menarik-narik dengan kuat, dengan suara-suara yang tak jelas...
"Kau tak pantas disini!"
"Aku juga tak mau disini!"
"Oke, fine, silakan pergi ke depan sana, cepat!"
"Tapi aku tak mau ke sana!"
"Huhh susah amat! Det! Det! Det!"
"Hah? Apa? Kenapa? Hans? Kau sudah putuskan?" Det tersadar dari lamunan akibat warna hitam pekat yang seakan menarik-narik dengan kuat dari belakang dan suara-suara yang tak jelas yang menambah hilang kesdarannya.
"Apa Det? Aku tak memanggilmu, aku hanya ingin disini, tidak mau kemana-mana, hanya disini, terserah mau bagaimana caranya, syaratnya... Det."
"Tapi.. itu tak mungkin, kau kan sudah tahu hukumnya, aturannya?"
"Hans, kau unik, kau aneh, hanya satu saja, kau yang bisa menahanku disini, bahkan warna hitam pekat di belakang kita menolakmu, menyuruhmu ke depan, tempat yang lembut, yang teduh, tapi lagi-lagi kau aneh, tak mau ke sana."
"Aku hanya ingin disini, tidak mau kemana-mana, hanya disini, terserah mau bagaimana caranya, syaratnya... bisa kan Det?"
Det garuk-garuk kepala, tidak tahu harus bagaimana. Bila meng-iyakan keinginan Hans, ia bisa saja salah, namun bila menolaknya, ia juga tak bisa memaksa atau bahkan menyeret Hans ke warna putih cerah yang memendar lembut, meski sangat terang dan teduh. Aku harus bagaimana? Gumamnya lirih, namun bergema hingga ke ujung-ujung ruang dan waktu. Bocah gila, anak edan, dikasih enak tidak mau, dihukum juga, hakimnya tidak mau, susah!
"Aku hanya ingin disini, tidak mau kemana-mana, hanya disini, terserah mau bagaimana caranya, syaratnya... Det,"
"Aku tidak minta untuk dilahirkan sebagai manusia Det, aku juga tak minta untuk dipanggil pulang aka mati lalu jadi penghuni surga Det!
"Aku hanya ingin disini, tidak mau kemana-mana, hanya disini, terserah mau bagaimana caranya, syaratnya... Det,"
"Det!"
"Atau aku harus bilang padamu kalo aku..."
"Ah sudahlah Det," Hans mendengus pelan, panjang, pandangannya dibuang jauh dari Det aka Death aka malaekat penjemput yang sejak tadi sangat tajam melihatnya.
"Aku hanya ingin disini, tidak mau kemana-mana, tidak di surga, tidak di neraka, hanya disini, di ruang tanpa waktu dan bunyi, terserah mau bagaimana caranya, syaratnya... gumamnya pelan.
"Tapi.. itu tak mungkin, kau kan sudah tahu hukumnya, aturannya?"
.
***
.
"Kamu kenapa masih ada di sini? Hans?"
"Kenapa nanya begitu?"
"Ya.. kebanyakan orang menyukai kejelasan..."
"Tapi aku hanya ingin disini, tidak mau kemana-mana, tidak di surga, tidak di neraka, hanya disini, di ruang tanpa waktu dan bunyi, terserah mau bagaimana caranya, syaratnya..."
.
.
.
.
.
Jogja, Januari 2024
miss sukarti dimejo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H