Mohon tunggu...
Anjani Eki
Anjani Eki Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Fiksi

Penikmat Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bias Rindu Tak Lagi Sama

7 Agustus 2017   09:35 Diperbarui: 8 Agustus 2017   00:47 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak ada perempuan yang mau dijadikan pelarian. Sikap Pram membuat dirinya marah. Bukan gengsi. Tapi perempuan suka ditaklukkan. Bukan ribuan puisi berisi pemujaan  dirinya. Perempuan yang suka digombali cuma perempuan labil. Perempuan yang baru mengganti seragam putih abu-abu.

Dan tentu, gadis itu tidak akan masuk dalam hubungan orang lain. Pram yang bermain api. Setiap hubungan baik harus dimulai dengan cara yang baik. Dan satu lagi, tidak ada kasih yang tak sampai. Jodoh sebuah ketetapan. Betapun dia ingin lari atau membenci.

Maka ketika seorang lelaki datang menghadap orang tuanya, gadis itu menerimanya. Meninggalkan Pram yang hidup dalam dunianya sendiri.

Pram tak sanggup menolak pilihan ibunya. Hari besar itu tak mungkin batal. Mana bisa dia mencoreng nama baik ayahnya yang seorang tetua adat. Pesta megah telah disiapkan tanpa dia tahu.

Dua minggu sebelum pernikahan itu, Pram menyuntikkan senyawa yang membuatnya serangan jantung. Perempuan pilihan ibunya itu akhirnya menyerah setelah sebulan merawatnya. Undangan berwarna merah datang di bulan ketiga Pram belum sadarkan diri.

Pram seharusnya mengikuti kata hati. Sikap diamnya dibayar mahal. Dia kehilangan gadis itu. Dan melewatkan kehidupan yang terus berjalan.

Hidup bukan lotre. Omong kosong soal cinta. Bias rindu itu tak lagi sama. Entah kemana ia akan bermuara. Lelaki yang memiliki gadisnya beruntung. Jodoh sebuah ketetapan. Mungkin memang alam tidak memberikan kesempatan. Entahlah.

Gadis itu mendekati pintu dan bersiap keluar dari kamar Pram. Gadis itu menghela napas panjang dan memandang ke arah Pram.

"Suami saya meninggal tiga bulan lalu."

Pram tersenyum penuh kemenangan.

*Anjani Eki

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun