Mohon tunggu...
Cerpen

Ketika Pisah Harus Terjadi

29 September 2016   12:16 Diperbarui: 29 September 2016   12:22 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

             Tepat tanggal 01 juni, disebuah kafe yang cukup popular, Bram mantap menyatakan perasaan dan keinginannya untuk melamar dokter Mira, diiringi lagu A Thousand Year, Bram berlutut sambil tangan kanannya memegang sebuah cincin berlian, 

"Maukah kamu menerimaku sebagai penjaga hatimu selamanya"

"yeah" jawab dokter Mira cukup yakin, riuh pengunjung bertepuk tangan merayakan kebahagian mereka, tapi tahukah kamu jika Mia pun hadir disana menyaksikan lamaran Bram kepada dokter Mira, hatinya tercabik-cabik, perih, mungkin ini perih yang terdalam yang dia rasakan selama hidupnya, dia tidak mampu menahan kejadian yang sudah terjadi didepannya.

             Tanggal 15 Juni menjadi saksi kebahagiaan Bram dan dokter Mira, dekorasi indah turut menghiasi hari ini, Bram tengah mempersiapkan diri, dia menatap cermin didepannya, sambil tersenyum mengagumi wajahnya hari ini, tiba-tiba pandangannya tertuju pada bingkai foto Mia di sudut meja, Bram kemudian membalikkan bingkai tersebut,seolah dia ingin mengubur semua kenangan dimasa lalu, "Bram semenit lagi" ujar EO dari balik pintu

"Ok!"jawab Bram, ketika berdiri hendak meninggalkan ruangan, "BRUUKK" bingkai foto Mia terjatuh tepat di atas sepatu yang dikenalan oleh Bram, dia membungkukkan badan hendak meraih bingkai foto tersebut, secara praktis ingatan kenangan tentang Mia kembali menjalari memory, ingatan indah bersamanya kembali muncul, seketika bayangan Mia hadir dibalik pantulan cermin, Mia tampak matanya berurai airmata, namun entahlah airmata bahagia ataukah airmata kesedihan, Bram setengah berteriak menepuk-nepuk cermin, menyebut-nyebut nama Mia sambil berurai airmata, Bram kemudian berlari keluar meninggalkan kamar, meninggalkan ruang resepsi, meninggalkan sekumpulan orang yang menatapnya dengan penuh keheranan, menuju mobil yang terparkir di bassment hotel tempat resepsi diadakan. Mobil merah melaju menuju satu tempat, yach tempat itu adalah rumah Mia, tepatnya di loteng kamarnya,

"bukannya kamu akan mengucapkan ikrar pernikahan hari ini?" tanya ibu Mia keheranan,

 "tidak bu, ada yang lebih penting dari itu!" ucap Bram dengan nafas tersengal-sengal,

di loteng, Bram masih mendapati seberkas bayangan Mia, di sampingnya terdapat sebuah buku harian, Bram mendekap bayangan Mia, rasa bersalahnya menyesaki rongga dadanya, airmatanya tak henti-hentinya mengalir, penyesalan terbesar dalam hidupnya karena meragukan cinta Mia, bersamaan itu pula, bias-bias bayangan Mia menghilang dari depan matanya.

"Miiiiaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!"teriak Bram dalam.

Ibu Mia terkaget mendengat jeritan Bram berlari menyusul ke loteng,

"ada apa Bram???" tanya Ibu Mia keheranan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun