Mohon tunggu...
Cerpen

Ketika Pisah Harus Terjadi

29 September 2016   12:16 Diperbarui: 29 September 2016   12:22 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

aku pun segera memberikan roti tersebut pada nenek tua yang sedari tadi menunggu di depan toko bersama kucingnya, dan nenek itupun merogoh tas kain yang dipegangnya, diapun mengeluarkan kalung berwarna biru bercahaya, seketika waktu terasa berhenti sampai bandul kalung tersebut menyentuh telapak tanganku, 

"benda ini memiliki kekuatan magis, benda ini kepunyaan dewi valkyrie, gunakanlah dengan bijaksana nak." Akupun segera memasangkan kalung tersebut pada leherku, seketika kuarahkan pandanganku kedepan, sang nenek beserta kucingnya sudah hilang dari pandanganku.

                    Di ruangan putih ini, Bram masih saja terpaku, tak berdaya, kugenggam tangan Bram erat-erat sambil kugumamkan dalam hati hati "Aku ingin melihat Bram terbangun walau aku yang harus menggantikan dirinya", tiba-tiba cahaya biru keluar memantul dari bandul kalung yang kukenakan, spirit wanita rupawan kini tengah berada di depanku, "Aku mendengar doaku, aku bisa mengabulkan keinginanmu, sebagai gantinya, kau akan menjadi spirit, apakah kau sanggup?", aku pun ragu-ragu mengiyakan, tapi disisi lain aku sangat berharap kalau Bram segera terbangun, lama ku tertegun, suara itupun berlanjut " jangan risau, aku akan menjamin jiwamu hingga 10  purnama, kau harus menyakinkan pengorbananmu, kalo tidak jiwamu untukku".

                 Bias sinar matahari menembus bilar-bilar kaca rumah sakit, pagi yang sama seperti sebelum-sebelumnya, kutatap lekat-lekat wajah Bram dengan penuh kasih, kulihat telunjuknya bergerak-gerak, "ini sebuah keajaiban" pekikku kegirangan dalam hati, beberapa saat suster masuk dan mengabarkan ke dokter tentang keadaan Bram, tak lama berselang tim dokter kemudian datang dan memeriksakan kondisinya.

"dokter bagaima kondisi Mas Bram?" sahutku, tapi dokter tidak menjawab pertanyaanku bahkan menoleh kepadaku pun tidak, saat kusentuh pundak dokter, tanganku terlihat transparan, ku segera menjangkau  cermin yang ada di dekatku, pantulan wajahku tak terlihat di cermin, aku menangis sejadi-jadinya, menangisi nasibku kini.

                 Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, tak terasa sudah seminggu Bram terbangun dari tidur panjangnya, tiap hari Bram hanya menatap hampa keluar jendela seolah menantikan seseorang, yach! mungkin Mia yang dirindukannya, padahal sedari kemarin Mia tak pernah beranjak dari sisinya, 

" selamat siang Bram, saya Dokter Mira, Mulai hari ini saya yang akan memeriksa perkembangan kondisi kamu", seorang wanita memperkenalkan diri sambil melemparkan senyum menawannya, kenapa Tuhan hatiku terasa sakit keluhku dalam hati, apakah ini yang dinamakan cemburu?, "tidak...tidak...Bram tidak akan menghianati cintaku".

                 Ditempat lain, keluarga Bram dan keluarga Mia bersama-sama melaporkan kejadian hilangnya Mia sejak seminggu  yang lalu, polisi pun bekerja keras mencari keberadaan Mia, mereka menghubungi para kerabat dan teman-teman Mia, tapi tak satupun yang tahu keberadaan Mia, selebaran, pamflet, brosur pun tersebar di jalanan, di pusat pertokoan, dan di internet, tapi kabar tentang keberadaan Mia tidak juga terdengar.

                "pagi Bram, bagaimana kondisimu hari ini? tanya dokter Mira sambil melemparkan senyum terbaiknya hari ini, seperti biasanya Bram diam bergeming, hanya menoleh sesekali kemudian membuang pandangannya ke arah jendela, "kamu hanya makan sedikit, kalo begini bagaimana caranya kondisi tubuhmu bisa pulih" sambil menyodorkan sendok berisi bubur tapi Bram tetap menutup mulutnya, "saya tahu, kamu pasti sedih karena pacarmu Mia tidak ada saat ini!" lanjutnya. sang dokter pun tidak menyerah berusaha memasukkan suapan ke mulut Bram, kemudian sang dokter menceritakan sepenggal kisahnya dimasa lalu, Bram pun luluh oleh kisah yang diceritakan oleh sang dokter, perlahan-lahan pun dia terlarut dan tanpa terasa semangkuk bubur habis dilahap oleh Bram.

               10 hari sejak terbangun, Bram dinyatakan sehat dan bisa kembali ke kehidupan normalnya, keluarga, teman dan kerabatnya sangat senang mendengar kabar baik keluarnya Bram dari rumah sakit, mereka kemudian membuat pesta penyambutan di rumah Bram, semuanya hadir, kecuali Mia..yach kecuali Mia, kekasih yang begitu dicintainya, hatinya begitu sepi di tengah-tengah keriuhan pesta malam itu, dia lebih memilih duduk di bangku taman sambil memengang bingkai foto Mia di kedua tangannya, kepalanya mengadah ke langit, pikirannya berkecambuk sampai-sampai membuat dirinya hampir gila, ditengah kesendiriannya malam itu, Dokter Mira menghampiri Bram, dia terlihat sangat cantik malam ini, dengan gaun biru malam yang menawan, mata Bram terpana sesaat dia melupakan kerinduannya pada Mia, mereka pun saling bertukar kisah dibawah bayangan sinar bulan purnama yang indah.

               Malam-malam berganti, tak terasa sejak 5 bulan terakhir, kabar tentang ditemukannya Mia belum juga terdengar, sudah berbagai cara dilakukan oleh Bram dan keluarga, pikiran Bram berkecamuk, tuduhan selingkuh disematkan kepada Mia, pikiran Bram tentang Mia bersama lelaki lain menghantui hampir tiap malam, disisi lain, dokter Mira seakan hadir mengisi kekosongan hatinya yang mungkin pantas disebut benih cinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun