Ada risiko bahwa seseorang menjadi terlalu bergantung pada retail therapy untuk mengatasi masalah emosionalnya.Â
Jika belanja menjadi satu-satunya cara untuk merasa bahagia, hal ini bisa menjadi tanda adanya masalah yang lebih dalam.Â
Sebaiknya, retail therapy hanya digunakan sebagai salah satu dari berbagai strategi untuk meningkatkan suasana hati.
3. Penyesalan Setelah Berbelanja
Banyak orang yang merasa menyesal setelah melakukan pembelian impulsif.Â
Perasaan ini, yang dikenal sebagai buyer's remorse, dapat membuat seseorang merasa lebih buruk daripada sebelumnya.Â
Oleh karena itu, penting untuk memikirkan dengan matang sebelum membeli sesuatu, terutama jika barang tersebut memiliki harga yang cukup mahal.
Tips Melakukan Retail Therapy Secara Bijak
Agar retail therapy memberikan manfaat tanpa menimbulkan risiko, berikut beberapa tips yang bisa diikuti:
Tetapkan Anggaran Belanja: Sebelum pergi berbelanja, tetapkan jumlah uang yang bisa digunakan. Pastikan untuk tidak melebihi anggaran tersebut agar kondisi keuangan tetap aman.
Buat Daftar Belanja: Jika memungkinkan, buatlah daftar barang yang ingin dibeli. Hal ini dapat membantu menghindari pembelian impulsif.
Fokus pada Pengalaman, Bukan Hasil: Ingatlah bahwa tujuan utama retail therapy adalah untuk merasa lebih baik, bukan untuk memiliki barang baru. Nikmati prosesnya, seperti menjelajahi toko atau melihat-lihat produk secara online.
Belanja dengan Teman: Jika memungkinkan, ajak teman untuk menemani. Berbelanja bersama dapat meningkatkan pengalaman sosial dan mencegah keputusan belanja yang tidak rasional.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!