Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Retail Therapy, Apakah Benar Membantu Mengatasi Kesedihan?

29 Januari 2025   06:00 Diperbarui: 29 Januari 2025   13:37 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi retail therapy (sumber:freepik/freepik)

Berbelanja juga dapat menjadi cara untuk mengalihkan perhatian dari perasaan negatif. 

Lampu neon yang terang dan pajangan berwarna-warni di pusat perbelanjaan, misalnya, mampu membantu seseorang melupakan sejenak realitas yang sedang dihadapi. 

Aktivitas ini juga berlaku saat seseorang berbelanja secara daring, karena browsing produk dapat memberikan distraksi yang serupa.

Distraksi ini penting, terutama bagi mereka yang merasa terbebani oleh tekanan hidup sehari-hari. 

Dengan fokus pada pengalaman belanja, seseorang dapat memberikan waktu bagi otaknya untuk beristirahat dari stres dan kecemasan.

4. Memberikan Rasa Prestasi

Ketika seseorang membeli sesuatu yang telah lama diinginkan atau bahkan menemukan barang dengan harga diskon, ada rasa prestasi yang dirasakan. 

Rasa ini dapat memberikan motivasi dan kebahagiaan tambahan, terutama jika barang yang dibeli memiliki nilai personal atau utilitas yang tinggi. 

Misalnya, membeli pakaian baru untuk wawancara kerja dapat memberikan dorongan percaya diri sekaligus meningkatkan suasana hati.

Risiko Retail Therapy

Walaupun memiliki sejumlah manfaat, retail therapy juga memiliki risiko jika tidak dilakukan dengan bijak. Berikut adalah beberapa risiko yang perlu diperhatikan:

1. Perilaku Konsumtif

Salah satu kritik utama terhadap retail therapy adalah potensinya untuk mendorong perilaku konsumtif. 

Jika seseorang tidak mampu mengendalikan pengeluarannya, mereka bisa saja menghabiskan uang untuk barang-barang yang sebenarnya tidak diperlukan. Hal ini dapat menyebabkan masalah keuangan di kemudian hari.

2. Ketergantungan Emosional

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun