Apple menciptakan rasa eksklusivitas dengan harga tinggi, membuat produk mereka terasa istimewa.Â
Ironisnya, eksklusivitas ini justru menjadi daya tarik utama bagi kelas menengah ke bawah.Â
Mereka percaya bahwa memiliki iPhone adalah langkah untuk "naik kelas" dan setara dengan mereka yang lebih mampu.
Jebakan Kredit dan Rendahnya Literasi Keuangan
Salah satu alasan mengapa iPhone dapat dimiliki banyak orang adalah kemudahan pembayaran melalui sistem kredit atau cicilan.Â
Dengan uang muka kecil atau cicilan ringan, siapa saja bisa membawa pulang iPhone. Namun, ini sebenarnya adalah jebakan finansial.
Banyak penjual menawarkan cicilan dengan bunga rendah, misalnya 2% per bulan. Namun, jika dihitung secara tahunan, bunga ini bisa mencapai 24%, bahkan lebih tinggi dari harga asli iPhone.Â
Masalahnya, banyak orang hanya fokus pada nominal cicilan bulanan, seperti Rp500.000 per bulan, tanpa mempertimbangkan total biaya yang harus mereka bayar.
Minimnya literasi keuangan di Indonesia memperburuk keadaan. S
urvei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2022 menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia hanya sekitar 49%.Â
Banyak yang tidak memahami cara kerja sistem kredit atau cicilan, sehingga mereka terjebak dalam utang konsumtif yang sulit dilunasi.
Kebutuhan atau Keinginan?
Salah satu masalah utama adalah sulitnya membedakan antara kebutuhan dan keinginan.Â