Dampak paling tragis dari ketidakmampuan laki-laki untuk bercerita atau mencari bantuan adalah tingginya angka bunuh diri. Menurut data WHO, 75% dari 1 juta kasus bunuh diri di dunia dilakukan oleh laki-laki.Â
Di Amerika Serikat, misalnya, tingkat bunuh diri laki-laki 3,85 kali lebih tinggi dibandingkan perempuan.
Bagaimana dengan Indonesia? Survei Kesehatan Nasional 2023 menunjukkan bahwa prevalensi depresi pada laki-laki lebih rendah dibandingkan perempuan.Â
Namun, data ini bukanlah gambaran lengkap. Data WHO dari tahun 2000 hingga 2019 menunjukkan bahwa tingkat bunuh diri di Indonesia justru lebih tinggi pada laki-laki, dengan perbandingan mencapai dua kali lipat dibandingkan perempuan.
Angka-angka ini menunjukkan bahwa meskipun laki-laki terlihat "lebih sehat" secara mental berdasarkan survei, kenyataannya mereka kurang mengakses layanan kesehatan jiwa.Â
Ketidakmampuan untuk bercerita dan stigma terhadap kesehatan mental berkontribusi pada tragedi ini.
Mengapa Laki-Laki Harus Mulai Bercerita?
Membuka diri bukanlah hal yang mudah, terutama bagi laki-laki yang telah terbiasa menahan emosi mereka.Â
Namun, bercerita adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan mental. Ketika seseorang berbagi perasaan atau pengalaman mereka, beban emosional yang mereka rasakan bisa menjadi lebih ringan.Â
Selain itu, berbicara juga membantu individu untuk mendapatkan dukungan dari orang-orang di sekitar mereka.
Beberapa tahun terakhir, muncul tren positif di mana publik figur laki-laki mulai berbicara secara terbuka tentang kesehatan mental mereka.Â
Misalnya, Zayn Malik, mantan anggota One Direction, mengungkapkan perjuangannya melawan gangguan kecemasan hingga membatalkan konser pada tahun 2019.Â