Namun, di sisi lain, kelas menengah atas dan kalangan elit seringkali memiliki daya beli yang lebih stabil, bahkan cenderung meningkat di masa-masa krisis.Â
Data menunjukkan bahwa selama masa resesi atau krisis ekonomi, kalangan atas sering kali meningkatkan nilai tabungan mereka karena mereka cenderung lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang untuk barang-barang besar.Â
Tetapi ketika mereka memutuskan untuk berbelanja, mereka tetap memilih produk-produk mewah yang lebih kecil sebagai cara untuk menjaga gaya hidup mereka tetap terasa nyaman.
Inilah sebabnya meskipun ada data ekonomi yang menunjukkan pelemahan, seperti deflasi, penurunan indeks manufaktur, dan tingginya angka PHK, kita masih melihat segmen ekonomi yang tetap dinamis.Â
Misalnya, produk teknologi terbaru seperti iPhone, mainan koleksi, atau barang-barang fesyen dari merek terkenal masih memiliki permintaan yang tinggi.Â
Hal ini menunjukkan bahwa kelompok tertentu dalam masyarakat tetap memiliki kemampuan untuk mengonsumsi barang-barang mewah terjangkau, bahkan di tengah kesulitan ekonomi.
Contoh Kasus di Indonesia: Realita Ekonomi yang Beragam
Fenomena Lipstick Index tidak hanya terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, tetapi juga relevan di negara berkembang seperti Indonesia.Â
Dalam beberapa tahun terakhir, meskipun ekonomi Indonesia menghadapi tantangan seperti defisit neraca perdagangan, penurunan daya beli di kalangan menengah ke bawah, serta meningkatnya angka pengangguran akibat pandemi, kita masih bisa melihat tingginya permintaan untuk barang-barang mewah tertentu.
Salah satu contoh yang menonjol adalah tren konsumsi produk gadget dan fesyen di kalangan anak muda perkotaan.Â
Produk seperti ponsel pintar terbaru atau pakaian dari merek fesyen ternama tetap menjadi incaran, meskipun ekonomi secara keseluruhan sedang menghadapi tekanan.Â
Ini memperlihatkan adanya lapisan masyarakat yang daya belinya tidak terlalu terpengaruh oleh kondisi makroekonomi.