Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tentara Siber, Masa Depan Pertahanan Digital Indonesia

11 Oktober 2024   06:00 Diperbarui: 11 Oktober 2024   06:02 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perayaan Hari Ulang Tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang ke-79 baru-baru ini kembali menunjukkan kekuatan pertahanan negara yang semakin modern dan canggih. 

Dalam acara tersebut, TNI menampilkan berbagai alat tempur, seperti panser, kapal perang, dan drone, yang menunjukkan kemajuan teknologi militer Indonesia. 

Namun, di tengah semua itu, muncul sebuah pertanyaan menarik: bagaimana jika TNI ke depan tidak hanya bersenjatakan alat tempur fisik, tetapi juga mengandalkan pasukan yang bertempur di dunia maya? 

Ini bukan sekadar khayalan, karena Indonesia sudah mulai membahas rencana untuk membentuk "tentara siber."

Apa Itu Tentara Siber?

Konsep tentara siber mulai mendapatkan perhatian serius di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. 

Gagasan ini mencakup pembentukan pasukan yang bertugas untuk melindungi kedaulatan digital negara dan mempertahankan wilayah Indonesia dari serangan siber. 

Berbeda dengan tentara konvensional yang beroperasi di darat, laut, dan udara, tentara siber akan beroperasi di dunia maya, memanfaatkan jaringan internet dan teknologi komputer untuk menghadapi ancaman siber yang terus berkembang.

Seiring dengan semakin pentingnya teknologi dalam kehidupan sehari-hari, ancaman di dunia maya atau "cyber threats" juga meningkat. 

Serangan siber tidak hanya dapat merusak sistem digital pemerintah atau militer, tetapi juga mengancam sektor-sektor vital seperti infrastruktur energi, telekomunikasi, kesehatan, dan keuangan. 

Oleh karena itu, pembentukan tentara siber dianggap sangat penting untuk melindungi negara dari ancaman tersebut.

Awal Gagasan Tentara Siber di Indonesia

Pembentukan pasukan siber bukanlah ide baru di Indonesia. Gagasan ini sudah beberapa kali diusulkan oleh berbagai pejabat tinggi negara. 

Salah satu tokoh yang mendukung penuh pembentukan pasukan ini adalah Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Bambang Soesatyo, yang akrab dipanggil Bamsoet. 

Dalam beberapa kesempatan, Bamsoet menyatakan bahwa TNI membutuhkan matra keempat, yaitu pasukan siber, untuk melindungi kedaulatan siber Indonesia.

Presiden Jokowi juga memberikan dukungan untuk pembentukan tentara siber ini. Ia bahkan mengusulkan agar inisiatif tersebut mulai dikembangkan pada masa kepemimpinan Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto. 

Ini menunjukkan bahwa perhatian terhadap ancaman siber kini semakin menjadi prioritas dalam strategi pertahanan nasional Indonesia.

Mengapa Kedaulatan Siber Menjadi Penting?

Perkembangan dunia digital tidak hanya membawa manfaat besar dalam hal ekonomi, pendidikan, dan pemerintahan, tetapi juga menyajikan tantangan besar dalam bentuk ancaman siber. 

Serangan siber bukanlah fenomena baru, dan Indonesia sudah sering menjadi korban peretasan skala besar. 

Serangan ini bukan hanya mencuri data pribadi warga negara, tetapi juga menyasar institusi vital, seperti kementerian, perusahaan BUMN, dan infrastruktur penting lainnya.

Contoh nyata dari ancaman siber ini adalah beberapa kali kebocoran data besar-besaran yang terjadi di Indonesia, seperti bocornya data e-KTP, data kesehatan, hingga data milik lembaga-lembaga pemerintah. 

Data yang dicuri sering kali dijual di pasar gelap, menyebabkan kerugian besar, baik bagi negara maupun masyarakat. 

Oleh karena itu, menjaga kedaulatan siber tidak kalah pentingnya dengan menjaga kedaulatan fisik di darat, laut, dan udara.

Kedaulatan siber mencakup tiga aspek utama, yaitu:

  1. Infrastruktur Digital: Menjaga keandalan dan keamanan sistem teknologi informasi negara dari ancaman serangan siber, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
  2. Perlindungan Data: Menjamin privasi dan keamanan data pribadi serta data institusi negara agar tidak mudah diretas atau disalahgunakan.
  3. Pengendalian Konten: Mengontrol dan memoderasi konten yang beredar di dunia maya, terutama yang berkaitan dengan hoaks, propaganda, dan konten yang dapat membahayakan stabilitas nasional.

Dengan ancaman-ancaman tersebut, kebutuhan untuk melindungi kedaulatan siber Indonesia semakin mendesak. Di sinilah peran tentara siber menjadi relevan.

Tentara Siber: Kombinasi Militer dan Teknologi

Tentara siber, secara konseptual, akan berbeda dari pasukan militer konvensional. 

Mereka tidak akan bertempur dengan senjata api atau di medan perang fisik, melainkan menggunakan komputer, perangkat lunak canggih, dan akses ke jaringan internet untuk menyerang atau melindungi sistem informasi negara. 

Gagasan pembentukan pasukan siber ini mendapatkan dukungan langsung dari Presiden Jokowi, yang menginginkan agar TNI segera membentuk unit ini, terutama di era kepemimpinan Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan.

Namun, pertanyaan besar yang muncul adalah: apakah TNI sudah siap untuk mengadopsi teknologi canggih ini dan membangun pasukan siber yang andal? 

Melatih tentara dalam penggunaan senjata dan taktik militer mungkin sudah menjadi keahlian TNI, tetapi dunia siber memerlukan keahlian yang berbeda. 

Ini bukan hanya tentang kemampuan untuk mengoperasikan perangkat keras, tetapi juga tentang memahami dan mengantisipasi ancaman yang terus berkembang di dunia maya.

Tantangan Pengembangan Tentara Siber di Indonesia

Salah satu tantangan terbesar dalam pembentukan tentara siber adalah kompetensi teknologi. 

Kalangan militer yang selama ini berfokus pada peperangan konvensional harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang bergerak sangat cepat. 

Dunia siber adalah ranah yang kompleks dan terus berubah, sehingga memerlukan sumber daya manusia yang paham dan terlatih dengan baik.

Untuk mengatasi tantangan ini, salah satu solusi yang diusulkan adalah melibatkan kalangan sipil dalam pembentukan tentara siber. 

Sipil yang memiliki keahlian di bidang teknologi informasi dan keamanan siber dapat direkrut untuk bekerja sama dengan militer. 

Tidak hanya itu, mereka yang direkrut akan diberikan pangkat tituler oleh TNI, mirip dengan apa yang pernah terjadi pada beberapa tokoh terkenal, seperti Deddy Corbuzier, yang menerima pangkat tituler sebagai Letnan Kolonel dari TNI AD.

Pemberian pangkat tituler ini bukan hanya sebuah penghormatan, tetapi juga pengakuan atas peran penting yang bisa dimainkan oleh sipil dalam memperkuat pertahanan siber negara. 

Kalangan sipil memiliki keahlian teknis yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi pertahanan siber, mulai dari melacak serangan hingga melindungi sistem jaringan yang vital.

Contoh dari Negara Lain: Belajar dari Singapura

Indonesia bisa belajar dari negara-negara lain yang sudah lebih dulu membentuk pasukan siber mereka. 

Salah satu contoh terbaik adalah Singapura, negara kecil yang sudah dikenal dengan kecanggihan teknologinya. 

Singapura memiliki Digital and Intelligence Service (DIS), yang sejajar dengan Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. 

DIS bertanggung jawab atas semua aspek yang berkaitan dengan intelijen digital dan pertahanan siber negara tersebut.

Apa yang membuat Singapura berhasil dalam mengembangkan unit ini adalah pendekatan yang holistik dan terintegrasi. 

DIS tidak hanya beroperasi sebagai entitas militer, tetapi juga menjalin kemitraan dengan universitas, lembaga pemerintah, serta industri swasta. 

Kolaborasi ini memastikan bahwa mereka selalu memiliki teknologi terbaru dan sumber daya manusia yang terlatih dalam bidang keamanan siber.

DIS juga memiliki markas besar serta berbagai departemen yang fokus pada aspek-aspek berbeda dari keamanan digital, seperti intelijen, pengembangan teknologi, dan pertahanan siber aktif. 

Keseriusan Singapura dalam mengembangkan pasukan siber ini patut dijadikan contoh bagi Indonesia, terutama dalam hal kolaborasi dengan pihak eksternal yang lebih memahami dunia teknologi.

Masa Depan Tentara Siber Indonesia

Di tengah dunia yang semakin digital, keberadaan tentara siber bukanlah sebuah kemewahan, tetapi sebuah kebutuhan mendesak. 

Negara yang ingin mempertahankan kedaulatannya di era modern harus mampu melindungi diri dari ancaman-ancaman baru yang muncul di dunia maya. Indonesia tidak boleh ketinggalan dalam hal ini.

Dengan kolaborasi yang baik antara TNI, pemerintah, dan kalangan sipil, serta belajar dari negara-negara lain yang sudah berhasil, Indonesia memiliki peluang besar untuk membentuk pasukan siber yang kuat dan tangguh. 

Ke depan, tentara siber ini tidak hanya akan melindungi data dan infrastruktur digital, tetapi juga berperan penting dalam menjaga stabilitas nasional di era digital.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun