Meskipun harga barang turun, penting untuk tetap bijak mengatur pengeluaran. Buatlah daftar prioritas kebutuhan, seperti makanan, listrik, transportasi, dan tagihan wajib. Hindari godaan untuk membeli barang-barang yang tidak diperlukan hanya karena harganya murah.
2. Tetap Dukung UMKM
Saat deflasi, dukung usaha kecil dan menengah (UMKM) dengan tetap berbelanja sesuai kebutuhan. Dengan membeli produk lokal, Anda membantu perputaran ekonomi dan menjaga lapangan pekerjaan di tingkat lokal.
3. Tingkatkan Keterampilan
Deflasi meningkatkan risiko kehilangan pekerjaan. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan keterampilan baru atau meningkatkan keahlian yang sudah dimiliki. Keterampilan baru bisa membuka peluang di pasar kerja yang semakin ketat.
4. Cari Sumber Penghasilan Tambahan
Cari alternatif penghasilan tambahan seperti bisnis sampingan atau pekerjaan freelance. Investasi yang aman juga bisa menjadi pilihan, namun pilihlah instrumen yang stabil seperti emas atau reksa dana pasar uang.
5. Siapkan Dana Darurat
Penting untuk memiliki cadangan dana darurat yang mencakup minimal 3 sampai 6 bulan pengeluaran bulanan. Dana ini akan menjadi penyelamat jika terjadi kebutuhan mendesak atau kehilangan pekerjaan.
6. Hati-hati dalam Mengelola Utang
Saat deflasi, bunga pinjaman mungkin turun, namun pendapatan juga bisa menurun. Kelola utang dengan hati-hati dan fokuslah pada pelunasan utang yang sudah ada.
7. Investasi yang Aman
Pilih investasi yang stabil seperti deposito berjangka atau obligasi pemerintah. Instrumen ini lebih aman selama periode deflasi karena risikonya rendah dan hasilnya tetap.
8. Tetap Optimis
Meskipun deflasi tampak menakutkan, penting untuk tetap optimis. Krisis ekonomi tidak berlangsung selamanya, dan dengan persiapan yang baik, Anda bisa bertahan dan bahkan memanfaatkan peluang ketika ekonomi mulai pulih.
Kesimpulan
Deflasi yang terjadi di Indonesia selama lima bulan terakhir (Mei-September 2024) menurunkan harga barang dan jasa, namun justru membawa berbagai dampak negatif yang serius.Â
Di satu sisi, harga-harga lebih terjangkau dan nilai mata uang menguat, namun di sisi lain, banyak bisnis terpukul, terjadi gelombang PHK, angka pengangguran meningkat, serta risiko kredit macet dan penurunan investasi meningkat.Â
Kondisi ini juga menurunkan pendapatan negara dan berpotensi memicu resesi. Deflasi dianggap lebih berbahaya daripada inflasi karena menurunkan aktivitas ekonomi secara drastis dan sulit dipulihkan.Â