Belakangan ini, Anda mungkin menyadari bahwa harga-harga barang, seperti bahan bakar, makanan, minuman, dan rokok, mengalami penurunan.Â
Namun, anehnya, meskipun harga-harga turun, kehidupan justru terasa semakin sulit.Â
Kondisi ini ternyata disebabkan oleh fenomena ekonomi yang disebut deflasi.Â
Indonesia sedang mengalami deflasi selama 5 bulan berturut-turut, mulai dari Mei hingga September 2024.Â
Deflasi adalah kebalikan dari inflasi, yaitu penurunan harga barang dan jasa secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu.
Sekilas, deflasi mungkin terdengar menguntungkan karena harga-harga barang turun, namun sebenarnya ada banyak dampak negatif yang perlu diwaspadai.Â
Bahkan, situasi yang dialami Indonesia saat ini disebut-sebut lebih berbahaya daripada yang disadari oleh banyak orang.Â
Mari kita bahas secara mendalam mengenai apa saja dampak positif dan negatif dari deflasi, serta langkah apa yang bisa kita lakukan sebagai masyarakat untuk menghadapinya.
Dampak Positif Deflasi
1. Harga Produk dan Jasa Lebih Terjangkau
Salah satu dampak positif dari deflasi adalah harga barang dan jasa menjadi lebih terjangkau.Â
Hal ini terjadi karena daya beli masyarakat menurun, sehingga perusahaan harus menyesuaikan harga agar barangnya tetap laku.Â
Konsumen yang memiliki daya beli lebih tinggi atau memiliki simpanan uang bisa memanfaatkan kesempatan ini.Â
Harga kebutuhan pokok seperti beras, minyak, atau barang elektronik bisa turun, sehingga lebih terjangkau. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penurunan inflasi pada beberapa sektor, seperti bahan makanan dan produk konsumen, sehingga daya beli masyarakat yang stabil bisa membeli barang dengan harga lebih murah.
2. Mata Uang Negara Menguat
Saat deflasi, mata uang negara cenderung menguat karena daya beli uang meningkat dan harga-harga barang turun.Â
Dalam konteks internasional, nilai tukar mata uang domestik biasanya lebih kuat dibandingkan mata uang asing, sehingga harga barang impor menjadi lebih murah.Â
Pada tahun 2024, penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat tercatat sebagai salah satu dampak dari deflasi di beberapa sektor. Ini menguntungkan bagi masyarakat yang sering membeli barang impor atau yang merencanakan liburan ke luar negeri.
3. Kesadaran Menabung Meningkat
Deflasi seringkali membuat masyarakat lebih sadar untuk menabung.Â
Orang-orang cenderung lebih hati-hati dalam mengeluarkan uang, dan kebiasaan ini bisa membantu kita bertahan dalam jangka panjang.Â
Menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terjadi peningkatan signifikan dalam pembukaan rekening tabungan di beberapa bank besar selama periode deflasi.Â
Banyak masyarakat yang mulai mengalokasikan lebih banyak uang untuk tabungan, yang menunjukkan kesadaran akan pentingnya memiliki dana cadangan.
4. Munculnya Gaya Hidup Hemat (Frugal Living)
Deflasi mendorong orang untuk lebih bijaksana dalam mengatur keuangan.Â
Gaya hidup hemat atau frugal living menjadi semakin populer, terutama di kalangan anak muda.Â
Frugal living berfokus pada pemenuhan kebutuhan esensial dan menghindari pengeluaran yang tidak perlu. Tren ini diperkuat oleh banyak influencer keuangan yang berbagi tips hemat di media sosial.Â
Survei dari lembaga riset keuangan pada tahun 2024 menunjukkan bahwa tren frugal living semakin meningkat di kalangan generasi muda.
Dampak Negatif Deflasi
1. Pendapatan Usaha Menurun
Meskipun harga barang turun, pendapatan usaha justru menurun karena daya beli masyarakat yang melemah.Â
Banyak perusahaan, baik besar maupun kecil, mengalami kesulitan mempertahankan keuntungan.Â
Industri manufaktur adalah salah satu sektor yang paling terdampak.Â
Data dari Kementerian Ketenagakerjaan menunjukkan bahwa pada paruh pertama tahun 2024, jumlah PHK meningkat hingga 32.064 kasus.Â
Penurunan permintaan lokal juga memaksa perusahaan untuk memangkas biaya, termasuk mengurangi tenaga kerja.
2. Pengurangan Produksi dan PHK
Karena permintaan barang dan jasa menurun, pengusaha cenderung mengurangi produksi untuk menyeimbangkan stok dan menghindari kerugian.Â
Hal ini menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Di tahun 2024, jumlah pekerja yang di-PHK terbanyak terjadi di Jakarta dan Banten, masing-masing mencapai lebih dari 7.400 dan 6.100 kasus.Â
Pengurangan produksi juga berdampak besar pada sektor manufaktur yang terpukul akibat penurunan permintaan domestik.
3. Peningkatan Angka Pengangguran
Deflasi memicu lonjakan angka pengangguran karena banyak perusahaan tidak lagi bisa mempertahankan kapasitas produksi.Â
Menurut Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, kondisi ekonomi global dan tekanan harga dalam negeri memperburuk angka pengangguran di berbagai sektor.Â
PHK besar-besaran ini semakin memperburuk kondisi ekonomi, karena banyak orang kehilangan pendapatan dan kesulitan mencari pekerjaan baru.
4. Risiko Kredit Macet bagi Pemilik Usaha
Deflasi meningkatkan risiko kredit macet, terutama bagi para pemilik usaha. Penurunan pendapatan membuat mereka kesulitan membayar cicilan kredit usaha maupun pribadi.Â
Banyak UMKM yang terjerat utang karena pendapatan mereka turun drastis sementara kewajiban pembayaran kredit tetap berjalan.
5. Penarikan Modal oleh Investor
Investor cenderung menarik modal mereka saat melihat aktivitas bisnis yang melambat dan laba perusahaan yang menurun.Â
Hal ini memperburuk kondisi ekonomi karena modal yang seharusnya menggerakkan bisnis menjadi hilang. Sektor manufaktur dan teknologi menjadi sektor yang paling rentan terhadap dampak deflasi.
6. Pendapatan Negara Menurun
Deflasi juga mempengaruhi pendapatan negara. Saat harga barang turun dan omset perusahaan menurun, pajak yang dibayarkan perusahaan juga ikut berkurang.Â
Ini mempengaruhi anggaran negara, karena pajak merupakan salah satu sumber utama pendapatan pemerintah.
7. Potensi Resesi Ekonomi
Jika deflasi berlanjut, ekonomi negara bisa masuk ke dalam resesi.Â
Ketika harga terus turun, masyarakat cenderung menunda pembelian, sehingga permintaan turun, produksi berkurang, dan angka pengangguran meningkat.Â
Semua ini menciptakan siklus buruk yang berisiko mendorong negara ke dalam krisis ekonomi.
Tips Menghadapi Deflasi
1. Bijak Mengatur Pengeluaran dan Buat Daftar Prioritas
Meskipun harga barang turun, penting untuk tetap bijak mengatur pengeluaran. Buatlah daftar prioritas kebutuhan, seperti makanan, listrik, transportasi, dan tagihan wajib. Hindari godaan untuk membeli barang-barang yang tidak diperlukan hanya karena harganya murah.
2. Tetap Dukung UMKM
Saat deflasi, dukung usaha kecil dan menengah (UMKM) dengan tetap berbelanja sesuai kebutuhan. Dengan membeli produk lokal, Anda membantu perputaran ekonomi dan menjaga lapangan pekerjaan di tingkat lokal.
3. Tingkatkan Keterampilan
Deflasi meningkatkan risiko kehilangan pekerjaan. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan keterampilan baru atau meningkatkan keahlian yang sudah dimiliki. Keterampilan baru bisa membuka peluang di pasar kerja yang semakin ketat.
4. Cari Sumber Penghasilan Tambahan
Cari alternatif penghasilan tambahan seperti bisnis sampingan atau pekerjaan freelance. Investasi yang aman juga bisa menjadi pilihan, namun pilihlah instrumen yang stabil seperti emas atau reksa dana pasar uang.
5. Siapkan Dana Darurat
Penting untuk memiliki cadangan dana darurat yang mencakup minimal 3 sampai 6 bulan pengeluaran bulanan. Dana ini akan menjadi penyelamat jika terjadi kebutuhan mendesak atau kehilangan pekerjaan.
6. Hati-hati dalam Mengelola Utang
Saat deflasi, bunga pinjaman mungkin turun, namun pendapatan juga bisa menurun. Kelola utang dengan hati-hati dan fokuslah pada pelunasan utang yang sudah ada.
7. Investasi yang Aman
Pilih investasi yang stabil seperti deposito berjangka atau obligasi pemerintah. Instrumen ini lebih aman selama periode deflasi karena risikonya rendah dan hasilnya tetap.
8. Tetap Optimis
Meskipun deflasi tampak menakutkan, penting untuk tetap optimis. Krisis ekonomi tidak berlangsung selamanya, dan dengan persiapan yang baik, Anda bisa bertahan dan bahkan memanfaatkan peluang ketika ekonomi mulai pulih.
Kesimpulan
Deflasi yang terjadi di Indonesia selama lima bulan terakhir (Mei-September 2024) menurunkan harga barang dan jasa, namun justru membawa berbagai dampak negatif yang serius.Â
Di satu sisi, harga-harga lebih terjangkau dan nilai mata uang menguat, namun di sisi lain, banyak bisnis terpukul, terjadi gelombang PHK, angka pengangguran meningkat, serta risiko kredit macet dan penurunan investasi meningkat.Â
Kondisi ini juga menurunkan pendapatan negara dan berpotensi memicu resesi. Deflasi dianggap lebih berbahaya daripada inflasi karena menurunkan aktivitas ekonomi secara drastis dan sulit dipulihkan.Â
Untuk menghadapi situasi ini, masyarakat perlu bijak mengelola keuangan, mendukung UMKM, mengembangkan keterampilan baru, dan mencari alternatif penghasilan.Â
Menabung dana darurat serta berinvestasi di instrumen yang aman juga dianjurkan. Meskipun tantangan berat, dengan persiapan yang matang, dampak deflasi bisa dihadapi dengan lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H