Selain itu, daya beli kelas menengah juga berdampak besar pada iklim investasi dan penciptaan lapangan kerja.Â
Ketika kelas menengah memiliki daya beli yang kuat, mereka cenderung membelanjakan uangnya untuk berbagai barang dan jasa, yang akhirnya meningkatkan permintaan dan mendorong pertumbuhan ekonomi.Â
Namun, jika daya beli mereka menurun, sektor-sektor tersebut akan terdampak, memperlambat laju pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan risiko pengangguran.
Penurunan jumlah kelas menengah ini mencerminkan adanya ketidakstabilan dalam struktur ekonomi yang lebih luas.Â
Dampaknya bukan hanya pada individu atau rumah tangga, tetapi juga pada ekonomi makro yang lebih besar.Â
Dengan daya beli yang melemah, ekonomi Indonesia bisa menghadapi tantangan serius, seperti penurunan pertumbuhan ekonomi, meningkatnya inflasi, hingga meningkatnya angka pengangguran.
Penyebab Penurunan Kelas Menengah
Ada beberapa faktor utama yang menjadi penyebab menurunnya jumlah kelas menengah di Indonesia.Â
Beberapa di antaranya bersifat internal, seperti kebijakan fiskal, sementara yang lainnya dipengaruhi oleh kondisi global, termasuk pandemi COVID-19.
1. Perlambatan Ekonomi Pasca Pandemi COVID-19
Pandemi COVID-19 telah membawa dampak ekonomi yang belum sepenuhnya pulih, bahkan hingga tahun 2024.Â
Sejumlah sektor usaha belum mampu kembali ke kondisi normal, dan hal ini secara langsung memengaruhi pendapatan masyarakat, termasuk kelas menengah.Â
Banyak dari mereka yang kehilangan pekerjaan, sementara sebagian lainnya mengalami pengurangan gaji atau pendapatan.Â