Begitu pula dengan hubungan sosial, interaksi dengan teman dan keluarga yang sama secara terus-menerus bisa membuat kita merasa jenuh.
Fenomena ini juga dikenal sebagai hedonic adaptation atau adaptasi hedonis, di mana manusia cenderung kembali ke tingkat kebahagiaan dasar mereka setelah mengalami peristiwa positif atau negatif.Â
Artinya, bahkan setelah mencapai sesuatu yang sangat kita inginkan, seperti promosi besar atau membeli rumah impian, kebahagiaan yang dirasakan seringkali bersifat sementara.Â
Seiring waktu, kita akan kembali merasa "biasa saja" karena otak kita telah terbiasa dengan keadaan baru tersebut.
Paradoks Kebahagiaan: Ketika Keinginan Selalu Terpenuhi
Ironisnya, kita sering berpikir bahwa kebahagiaan adalah hidup di mana segala sesuatu yang kita inginkan selalu ada.Â
Namun, penelitian menunjukkan bahwa jika kebahagiaan itu selalu hadir tanpa tantangan atau variasi, lama-kelamaan hal tersebut akan kehilangan daya tariknya.Â
Ketika kita selalu mendapatkan apa yang kita inginkan, kita mulai kehilangan apresiasi terhadap hal-hal tersebut.
Sebuah studi menarik yang dilakukan di sebuah resor liburan menunjukkan bahwa puncak kebahagiaan para pengunjung terjadi setelah 43 jam mereka berada di sana.Â
Pada titik ini, mereka telah menyelesaikan urusan membongkar barang bawaan dan mulai benar-benar menikmati suasana liburan.Â
Namun, setelah itu, tingkat kebahagiaan mereka mulai menurun perlahan.Â
Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun liburan atau hal-hal yang kita anggap akan membuat kita bahagia, jika tidak ada variasi atau tantangan baru, kebahagiaan itu cenderung memudar.