Bagi mereka yang memiliki ketahanan dan tekad, kegagalan ini bisa menjadi pelajaran yang berharga dan mendorong mereka untuk mencoba lagi.Â
Namun, tidak semua orang memiliki ketahanan mental yang sama untuk menghadapi kegagalan berulang kali.
Studi Kasus: Strategi Ofensif dalam Praktik
Mari kita ambil contoh konkret untuk memahami bagaimana strategi ofensif dapat diterapkan. Misalnya, Anda adalah seorang personal trainer yang bekerja di gym dan menghasilkan pendapatan yang layak.Â
Namun, Anda merasa pendapatan ini masih bisa ditingkatkan. Anda memutuskan untuk menulis buku tentang kebugaran dan nutrisi. Buku ini dijual secara online dan mencapai audiens yang lebih luas daripada klien-klien di gym.Â
Dengan demikian, Anda berhasil meningkatkan pendapatan tanpa harus menghabiskan lebih banyak waktu di gym.
Selanjutnya, Anda membuat kursus online yang mengajarkan berbagai teknik latihan dan nutrisi.Â
Kursus ini bisa diakses oleh siapa saja, kapan saja, sehingga Anda tidak lagi terbatas pada jumlah klien yang bisa Anda tangani secara langsung.Â
Pendapatan dari buku dan kursus online ini mulai mengalir, dan Anda menemukan bahwa strategi ofensif ini memberikan fleksibilitas dan pendapatan yang lebih tinggi.
Namun, dalam perjalanan ini, Anda mungkin menghadapi tantangan seperti biaya produksi buku dan kursus, waktu yang diperlukan untuk mempromosikan produk, dan risiko bahwa produk tersebut mungkin tidak laku.Â
Dalam kasus ini, kegagalan dapat memberikan pelajaran berharga yang membantu Anda meningkatkan produk atau strategi pemasaran di masa mendatang.
Strategi Defensif: Mengurangi Pengeluaran
Di sisi lain, strategi defensif fokus pada mengurangi pengeluaran. Dengan belajar hidup hemat dan mengurangi pemborosan, kita bisa mencapai kemandirian finansial lebih cepat.Â