Kenaikan harga rumah yang pesat telah menjadikan kepemilikan rumah sebagai mimpi yang sulit dijangkau bagi banyak orang.Â
Faktor seperti stagnasi upah, meningkatnya biaya hidup, dan persyaratan uang muka yang tinggi, seperti 20% dari harga rumah, semakin memperparah situasi.
Di Jerman, situasinya agak berbeda. Lebih dari setengah populasi Jerman memilih untuk menyewa tempat tinggal, berkat perlindungan hukum yang kuat bagi penyewa.Â
Perlindungan ini mencakup batasan terhadap kenaikan sewa dan hak-hak lain yang membuat menyewa menjadi pilihan yang lebih menarik dibandingkan membeli rumah.Â
Namun, biaya sewa juga semakin mahal, terutama di kota-kota besar seperti Berlin dan Munich, di mana kekurangan ruang untuk pembangunan baru dan birokrasi yang rumit menghambat pembangunan perumahan.
Sementara itu, di India, meskipun harga rumah juga mengalami peningkatan, preferensi untuk kepemilikan rumah tetap kuat.Â
Banyak orang India lebih memilih untuk membeli rumah daripada menyewa, karena budaya dan tradisi yang mementingkan kepemilikan properti sebagai simbol stabilitas dan prestise.Â
Namun, tingginya harga rumah dan kesulitan dalam mendapatkan pembiayaan tetap menjadi tantangan utama.
Kondisi Perumahan di Indonesia
Di Indonesia, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, fenomena kekurangan rumah dan kenaikan harga juga menjadi masalah yang signifikan.Â
Pada tahun 2023, harga rumah meningkat 1,74% dibandingkan tahun 2022.Â
Meskipun angka ini mungkin terdengar kecil, dalam konteks harga rumah yang sangat tinggi, kenaikan ini dapat memiliki dampak besar.