Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Sarjana Ekonomi Universitas Negeri Malang, suka menulis tentang ekonomi dan puisi, pegiat literasi keuangan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bijak di Media Sosial, antara Pamer dan Oversharing

20 Mei 2024   12:00 Diperbarui: 26 Mei 2024   01:15 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi oversharing. sumber: freepik

Ketika saya melakukan hal yang menyenangkan atau mencapai sesuatu, saya lebih memilih untuk menikmatinya sendiri atau berbagi hanya dengan orang-orang terdekat seperti pasangan, sahabat, atau keluarga. 

Tidak ada lagi dorongan untuk pamer atau mencari validasi dari orang lain. Saya mulai memahami bahwa kebahagiaan sejati datang dari dalam diri, bukan dari pengakuan orang lain.

Saya ingin berbagi perspektif ini kepada kalian yang mungkin masih sering memamerkan apa pun di media sosial. 

Pamer itu wajar dan manusiawi, tetapi penting juga untuk memahami bahwa pamer adalah sebuah fase yang akan berkurang seiring bertambahnya kedewasaan kita. 

Kebijaksanaan datang dengan usia, dan kita belajar untuk lebih fokus pada kualitas hubungan daripada jumlah "likes" atau "followers".

Bahaya Oversharing

Selain pamer, ada hal yang lebih berbahaya yang perlu diwaspadai, yaitu oversharing. Oversharing adalah kebiasaan berbagi terlalu banyak informasi pribadi di media sosial. Ini bukan hanya tentang pamer, tetapi juga tentang mencari validasi dari orang lain. 

Ketika kita oversharing, kita terlalu fokus pada apa yang dipikirkan orang lain tentang kita. Ini bisa menyebabkan berbagai masalah, baik secara pribadi maupun profesional.

Oversharing sering kali bukan tentang pamer pencapaian, tetapi pamer mimpi dan rencana yang bahkan belum tercapai. 

Ini bisa menimbulkan risiko, seperti yang pernah saya alami. Saya pernah membantu seorang anak muda yang ingin membuka usaha. Saya buatkan grand plan dan road map untuk bisnisnya. 

Namun, sebelum dia eksekusi, dia memamerkan rancangan tersebut di media sosial. Akibatnya, rencana itu dicuri orang lain yang kemudian membuka usaha serupa. 

Anak muda tersebut akhirnya tidak jadi membuka usahanya karena idenya sudah diambil orang lain. Saya juga pernah mengalami hal serupa saat survei tanah untuk cabang bisnis saya. Setelah saya pamer di WhatsApp, tanah tersebut dibeli kompetitor.

Alasan dan Dampak Oversharing

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun