Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Sarjana Ekonomi Universitas Negeri Malang, suka menulis tentang ekonomi dan puisi, pegiat literasi keuangan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mencari Pekerjaan di Usia Tua: Menggali Dampak Diskriminasi Usia dalam Kerja

29 April 2024   12:00 Diperbarui: 29 April 2024   12:12 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pekerjaan di usia tua. sumber: freepik

Dalam era globalisasi yang semakin maju, dunia kerja menjadi medan pertempuran yang kompleks bagi para pencari kerja. 

Namun, di tengah kemajuan teknologi dan perubahan sosial yang pesat, seringkali kita menemui batasan usia dalam lowongan pekerjaan yang mengundang tanda tanya besar. 

Pertanyaannya, mengapa hal ini terjadi? Apakah ini hanya sekadar kebijakan yang berbasis pada kebutuhan ataukah merupakan bentuk diskriminasi yang tersembunyi? 

Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita telaah lebih dalam latar belakang dan implikasi dari diskriminasi usia dalam dunia kerja.

Pengalaman Pribadi Bunda Corla

Sebagai contoh konkret, Bunda Corla, seorang influencer wanita berusia 40-an, masih aktif bekerja di salah satu restoran cepat saji di Jerman. 

Namun, ketika melihat situasi di Indonesia, dia mungkin akan menemui pembatasan usia yang membatasi kesempatan berkarier. 

Hal ini mengundang pertanyaan tentang alasan di balik pembatasan usia dalam dunia kerja, serta dampaknya terhadap pencari kerja yang mungkin memiliki pengalaman dan keterampilan yang relevan.

Dinamika Perubahan dalam Dunia Kerja

Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi perubahan signifikan dalam paradigma dunia kerja. 

Dulu, masyarakat mungkin menganggap bahwa seseorang akan bekerja di satu perusahaan selama seumur hidupnya. Namun, saat ini, mobilitas pekerja semakin tinggi, dengan orang-orang sering berganti pekerjaan bahkan karier.

Perubahan ini tidak hanya terjadi dalam mobilitas pekerja, tetapi juga dalam komposisi tenaga kerja. 

Generasi yang lebih muda, seperti Gen Z dan milenial, masuk ke dalam pasar kerja dengan ekspektasi dan nilai-nilai yang berbeda dari generasi sebelumnya. 

Mereka cenderung mencari pekerjaan yang memberikan arti, fleksibilitas, dan kesempatan untuk berkembang.

Di sisi lain, kita juga melihat peningkatan partisipasi tenaga kerja dari kelompok usia yang lebih tua. 

Beberapa orang memilih untuk bekerja setelah usia pensiun, entah karena kebutuhan finansial atau keinginan untuk tetap aktif secara sosial dan mental.

Namun, di tengah dinamika ini, pembatasan usia dalam lowongan pekerjaan masih menjadi kenyataan yang sering dihadapi oleh banyak pencari kerja, terutama yang berusia di atas 40 tahun. 

Pertanyaan mendasar yang muncul adalah: mengapa hal ini masih terjadi?

Persepsi terhadap Usia dalam Dunia Kerja

Untuk memahami diskriminasi usia dalam dunia kerja, penting untuk melihat bagaimana usia dipandang dalam konteks profesional. 

Meskipun mungkin tidak terucap secara terbuka, tetapi terdapat stereotip dan prasangka yang berkembang terhadap orang yang lebih tua di tempat kerja.

Salah satu stereotip yang umum adalah anggapan bahwa orang yang lebih tua cenderung kurang fleksibel, lambat beradaptasi dengan perubahan, dan kurang mahir dalam teknologi. 

Meskipun tidak selalu benar, stereotip ini dapat mempengaruhi persepsi perusahaan terhadap kandidat yang lebih tua.

Di sisi lain, ada pula stereotip yang menyatakan bahwa orang yang lebih muda lebih bersemangat, mudah beradaptasi dengan teknologi baru, dan memiliki energi yang tinggi. 

Stereotip ini kadang-kadang menjadi faktor penentu dalam pengambilan keputusan perekrutan, meskipun tidak selalu mencerminkan kenyataan.

Implikasi Diskriminasi Usia

Pembatasan usia dalam lowongan pekerjaan tidak hanya merugikan individu yang menjadi korban diskriminasi, tetapi juga berdampak pada masyarakat secara lebih luas. Salah satu implikasi utamanya adalah ketidakadilan dalam kesempatan kerja.

Ketika perusahaan membatasi usia pelamar, mereka secara tidak langsung mengurangi kesempatan bagi individu yang lebih tua untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan pengalaman mereka. 

Hal ini dapat mengakibatkan pengangguran jangka panjang, penurunan kesejahteraan ekonomi, dan bahkan penurunan harga diri bagi individu yang terdiskriminasi.

Selain itu, diskriminasi usia juga menciptakan ketidakseimbangan dalam keberagaman tenaga kerja. 

Dengan mengabaikan potensi kontribusi yang bisa diberikan oleh para pekerja yang lebih tua, perusahaan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan wawasan dan perspektif yang beragam, yang dapat meningkatkan inovasi dan kinerja organisasi secara keseluruhan.

Pembenaran dan Justifikasi

Meskipun diskriminasi usia dalam dunia kerja dianggap tidak etis, ada beberapa pembenaran yang sering digunakan oleh perusahaan untuk mempertahankan praktik ini. 

Salah satu alasan yang sering disebut adalah untuk memilih kandidat yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kualifikasi pekerjaan yang dibutuhkan.

Misalnya, untuk posisi yang membutuhkan keahlian dan pengalaman tertentu, perusahaan mungkin lebih memilih kandidat yang telah memiliki pengalaman yang relevan dalam industri tersebut. 

Namun, pertanyaannya adalah apakah usia adalah indikator yang akurat untuk menilai pengalaman dan kemampuan seseorang.

Selain itu, beberapa perusahaan juga berpendapat bahwa pembatasan usia dapat membantu mereka menghindari risiko yang terkait dengan turnover tinggi. 

Mereka mungkin percaya bahwa karyawan yang lebih muda cenderung lebih mudah berpindah pekerjaan, sehingga mereka lebih memilih untuk merekrut kandidat yang lebih tua yang dianggap lebih stabil.

Perlindungan Hukum dan Regulasi

Di beberapa negara, ada regulasi yang dirancang untuk melindungi pencari kerja dari diskriminasi usia. 

Contohnya, Uni Eropa memiliki regulasi yang melarang diskriminasi berdasarkan usia dalam dunia kerja. 

Regulasi ini memberikan perlindungan hukum bagi mereka yang merasa diperlakukan secara tidak adil karena usia mereka saat mencari pekerjaan.

Namun, di negara-negara lain, seperti Indonesia, isu pembatasan usia dalam lowongan pekerjaan masih menjadi masalah yang kompleks. 

Hal ini terutama disebabkan oleh tingginya jumlah pengangguran, terutama di kalangan pemuda. 

Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah yang efektif untuk menyeimbangkan antara kebutuhan perusahaan dan hak-hak individu.

Penutup: Mendorong Kesetaraan dalam Dunia Kerja

Dalam menghadapi tantangan diskriminasi usia dalam dunia kerja, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak. 

Pemerintah, perusahaan, dan masyarakat sipil perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan adil bagi semua orang, tanpa memandang usia.

Pemerintah memiliki peran penting dalam merancang kebijakan yang mendukung kesetaraan kesempatan dalam dunia kerja, serta menegakkan hukum yang melindungi pencari kerja dari diskriminasi. 

Perusahaan perlu meningkatkan kesadaran dan kepekaan terhadap isu diskriminasi usia, serta mengambil langkah-langkah konkret untuk mendorong keberagaman dalam tenaga kerja.

Sementara itu, masyarakat sipil dapat menjadi agen perubahan dengan mengadvokasi kesetaraan dalam dunia kerja dan mendukung upaya untuk menghapuskan praktik diskriminasi usia. 

Dengan demikian, kita dapat bersama-sama menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, adil, dan berdaya saing tinggi bagi semua orang, tanpa memandang usia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun