Generasi yang lebih muda, seperti Gen Z dan milenial, masuk ke dalam pasar kerja dengan ekspektasi dan nilai-nilai yang berbeda dari generasi sebelumnya.Â
Mereka cenderung mencari pekerjaan yang memberikan arti, fleksibilitas, dan kesempatan untuk berkembang.
Di sisi lain, kita juga melihat peningkatan partisipasi tenaga kerja dari kelompok usia yang lebih tua.Â
Beberapa orang memilih untuk bekerja setelah usia pensiun, entah karena kebutuhan finansial atau keinginan untuk tetap aktif secara sosial dan mental.
Namun, di tengah dinamika ini, pembatasan usia dalam lowongan pekerjaan masih menjadi kenyataan yang sering dihadapi oleh banyak pencari kerja, terutama yang berusia di atas 40 tahun.Â
Pertanyaan mendasar yang muncul adalah: mengapa hal ini masih terjadi?
Persepsi terhadap Usia dalam Dunia Kerja
Untuk memahami diskriminasi usia dalam dunia kerja, penting untuk melihat bagaimana usia dipandang dalam konteks profesional.Â
Meskipun mungkin tidak terucap secara terbuka, tetapi terdapat stereotip dan prasangka yang berkembang terhadap orang yang lebih tua di tempat kerja.
Salah satu stereotip yang umum adalah anggapan bahwa orang yang lebih tua cenderung kurang fleksibel, lambat beradaptasi dengan perubahan, dan kurang mahir dalam teknologi.Â
Meskipun tidak selalu benar, stereotip ini dapat mempengaruhi persepsi perusahaan terhadap kandidat yang lebih tua.
Di sisi lain, ada pula stereotip yang menyatakan bahwa orang yang lebih muda lebih bersemangat, mudah beradaptasi dengan teknologi baru, dan memiliki energi yang tinggi.Â