Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kebijakan Bias Nasi dan Dampaknya terhadap Ketersediaan Pangan Bergizi di Indonesia

5 Desember 2023   18:00 Diperbarui: 5 Desember 2023   19:21 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi makan makanan bergizi. sumber: freepik

Indonesia, sebagai salah satu negara berpenduduk terbesar di dunia, menghadapi tantangan serius terkait tingginya angka stunting pada anak-anak. 

Stunting, yang merujuk pada pertumbuhan fisik dan perkembangan otak yang terhambat pada anak akibat kekurangan gizi, menjadi fokus pemerintah melalui Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS). 

Meskipun upaya ini sudah dilakukan, target penurunan stunting terbukti sulit dicapai jika tidak disertai oleh kemampuan masyarakat untuk mendapatkan makanan yang bergizi. 

Realitasnya, harga pangan di Indonesia tinggi, menyebabkan kesulitan bagi sebagian besar masyarakat untuk memenuhi kebutuhan makanan bergizi. 

Tantangan Ketersediaan dan Akses Pangan:

Salah satu kendala utama dalam penurunan angka stunting adalah tantangan ketersediaan dan akses pangan yang bergizi. 

Meskipun pemerintah memiliki target ambisius untuk menurunkan stunting, realitas di lapangan menunjukkan bahwa sekitar satu dari lima anak di Indonesia mengalami stunting. 

Hal ini, pada dasarnya, menandakan bahwa sebagian besar anak di Indonesia tidak mendapatkan nutrisi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka dengan optimal.

Penting untuk mencermati biaya tinggi yang harus ditanggung oleh masyarakat Indonesia untuk memperoleh makanan bergizi seimbang. 

Dengan biaya sebesar 22.000 per orang per hari atau 667.000 per orang per bulan, sekitar 68% atau 183 juta rakyat Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi mereka. 

Kondisi ini, tanpa perubahan signifikan dalam kebijakan pangan dan pertanian, dapat menjadi hambatan serius dalam mencapai target penurunan stunting.

ilustrasi beras. sumber: freepik
ilustrasi beras. sumber: freepik

Tantangan Keberagaman Pangan di Indonesia

1. Konsumsi Dominan Beras

Ketika membahas kurangnya keberagaman makanan di Indonesia, konsumsi pangan masih didominasi oleh beras atau karbohidrat. 

Meskipun beras penting sebagai sumber karbohidrat, konsumsi yang berlebihan dapat mengakibatkan ketidakseimbangan gizi. 

Angka kecukupan gizi merekomendasikan konsumsi protein yang seimbang dengan karbohidrat. Namun, pola makan di Indonesia menunjukkan ketidakseimbangan ini.

2. Pengaruh Harga Pangan Terhadap Ketersediaan Gizi

Menurut data indeks bulanan, harga komoditas bahan makanan di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara tetangga, mencapai hingga 53%. 

Ini berdampak besar pada ketersediaan gizi, terutama bagi keluarga yang hidup di garis kemiskinan. 

Harga makanan yang tinggi membuat sulit bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan makanan bergizi, yang seharusnya terjamin sejak masa kehamilan.

Kebijakan Pertanian dan Dampaknya Terhadap Harga Pangan

1. Kebijakan Pertanian yang Bias Nasi

Faktor krusial dalam permasalahan harga pangan adalah kebijakan pertanian yang cenderung bias nasi. 

Program-program seperti cetak sawah, subsidi benih, dan pupuk, meskipun penting, masih terfokus pada produksi beras. 

Hal ini membatasi upaya pemerintah untuk mendukung tanaman lain yang memiliki kebutuhan gizi yang beragam.

2. Dampak Ketergantungan pada Beras

Ketergantungan masyarakat pada konsumsi beras dapat menyebabkan masalah kesehatan serius. 

Konsumsi beras yang berlebihan berkontribusi pada peningkatan kasus diabetes, penyakit kardiovaskular, dan obesitas. 

Meskipun Indonesia memiliki proporsi populasi dengan diabetes terbesar kelima di dunia, kebijakan yang tidak mendukung keberagaman pangan masih tetap diterapkan.

3. Pentingnya Dukungan untuk Tanaman Lain

Perubahan kebijakan pertanian yang mendukung produksi bahan makanan bergizi selain beras menjadi krusial. 

Tanaman seperti sayuran, buah-buahan, protein nabati, ubi, jagung, dan kacang-kacangan harus mendapatkan perhatian serius. 

Keterbukaan terhadap tanaman-tanaman ini dapat membantu menciptakan keberagaman pangan yang diperlukan untuk pemenuhan gizi.

ilustrasi berbagai jenis makanan. sumber: freepik
ilustrasi berbagai jenis makanan. sumber: freepik

Kebijakan Perdagangan dan Harga Pangan

Strategi penurunan stunting perlu memasukkan peran perdagangan pangan. 

Hambatan non-tarif, seperti kuota impor yang membatasi akses terhadap pangan bergizi, dapat menjadi penghalang serius dalam upaya menurunkan tingkat stunting. 

Analisis lebih lanjut terhadap kebijakan perdagangan yang ada perlu dilakukan untuk mengevaluasi dampaknya terhadap harga dan ketersediaan pangan di pasar domestik.

Kementerian Perdagangan seharusnya menjadi bagian integral dalam perencanaan percepatan penurunan stunting. 

Melibatkan mereka dalam meninjau kebijakan perdagangan, termasuk perizinan dan kuota impor, dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung ketersediaan dan keterjangkauan pangan yang lebih baik.

Menanggapi Tantangan: Solusi dan Rencana Aksi

1. Peningkatan Akses Masyarakat Terhadap Pangan Bergizi

Langkah pertama untuk mengatasi masalah ini adalah meningkatkan akses masyarakat terhadap pangan yang bergizi dan bervariasi. 

Ini mencakup peningkatan produksi pangan dan keterbukaan terhadap perdagangan pangan untuk memperluas akses masyarakat terhadap makanan bergizi seimbang.

2. Perubahan Kebijakan Pertanian

Diperlukan perubahan dalam kebijakan pertanian yang selama ini cenderung bias nasi. 

Fokus pada beras harus diperluas untuk mencakup tanaman lain yang memiliki nilai gizi tinggi. 

Dukungan pemerintah untuk petani dalam mengembangkan tanaman ini dapat menciptakan keberagaman pangan yang diperlukan.

3. Koordinasi Antara Kementerian

Koordinasi antar kementerian, terutama Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan, harus ditingkatkan. 

Perencanaan yang terkoordinasi dapat membantu menyelaraskan berbagai kebijakan dan kegiatan, menghindari hasil yang tidak diinginkan yang dapat mengurangi keterjangkauan atau keberagaman pasokan pangan.

4. Evaluasi Kebijakan Perdagangan

Kementerian Perdagangan harus terlibat aktif dalam mengkaji ulang kebijakan perdagangan yang ada, termasuk perizinan dan kuota impor. 

Evaluasi ini dapat membantu memastikan bahwa hambatan-hambatan yang tidak perlu dihilangkan untuk memfasilitasi impor pangan bergizi dengan harga yang terjangkau.

Menghadapi Tantangan Masa Depan

Mengatasi masalah stunting dan keberagaman pangan di Indonesia membutuhkan komitmen dan kerja sama dari berbagai pihak. 

Pemerintah, masyarakat, petani, dan sektor swasta perlu bekerja bersama-sama untuk menciptakan perubahan positif dalam sistem pangan.

Penurunan stunting dan peningkatan keberagaman pangan di Indonesia merupakan proyek besar yang memerlukan perubahan dalam kebijakan, dukungan masyarakat, dan inovasi di sektor pertanian dan perdagangan. 

Dengan langkah-langkah konkret, seperti meningkatkan produksi tanaman bergizi, menghilangkan hambatan impor, dan meningkatkan koordinasi antar kementerian, Indonesia dapat melangkah menuju masyarakat yang lebih sehat dan lebih sejahtera. 

Tantangan ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga melibatkan partisipasi aktif dari semua lapisan masyarakat untuk menciptakan perubahan menuju masa depan yang lebih baik.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun