"Aku sahabatnya dari SMP kelas satu Bang, harusnya aku tahu dia berbohong, tapi aku benar-benar tertipu,"
"Sampai suatu saat, dia lagi jalan berpegangan tangan mesra dengan Aldy, katanya bertemu dengan sahabat karib Abang, saat bertatapan Anti melepas pegangannya dari Aldy, dan Anti menghindar."
"Anti juga cerita dia ketemu tiga kali dengan sahabat Abang, dan Anti cerita sejak dia dekat dengan Aldy, surat Abang, Telegram Abang, Telpon Abang dia tidak mau menerimanya, dan dia tidak pernah menghubungi Abang lagi," Elis menghentikan ceritanya, diambilnya nafas dalam-dalam, tertunduk dia sesaat, diusapnya wajahnya dengan kedua tangannya.
"Aldy memang orang kaya, Bang. Sejak SMA, apalagi setelah dia kerja di tempat ini, perusahaan Asing, sepertinya Anti memang ingin melupakan Abang, dan ingin segera menikah dengan Aldy."
"Anti baru tahu, rupanya Aldy selama ini bohong dengan dia, saat didesak Anti, baru Aldy cerita, kalau dia lagi proses perceraian dengan istrinya, padahal Aldy bilang dia belum punya istri," Elis menghapus kembali air matanya dengan telapak tangannya.
"Sejak itu Anti tidak mau lagi bertemu Aldy, dan hubungan mereka berakhir,"
"Tangan ini, Bang." Elis berkata, seraya mengulurkan tangan kananya.
"Aku berdiri disini, dan dengan tangan ini aku pukul muka Anti," Elis menangis, Yoga membiarkan Elis meluapkan kemarahan hatinya.
"Saat itu Anti diam saja, Anti juga menangis saat itu Bang,"
Saat itu Elis masih berdiri Bang, tidak ada sedikitpun penyesalan di Elis setelah memukul muka Anti.
"Sampai hatinya kau berbuat begitu Anti, kau bohongi Abang, kau bohongi Aku, sekarang kau pulang....pulang ...!!!!" Elis membentak Anti, Anti pulang saat itu, dengan derai air mata.