Catur mengambil undangan di tas nya dan mencari nama Dita, kemudian menyerahkan undangan tersebut kepada Dita.
"Wah.....berani juga akhirnya ?" canda Dita seraya membuka undangannya
"Kapan pacarannya ?" tanya Dita lagi
Catur hanya nyengir di candai Dita, sementara Ibu Bos, seperti menahan sesuatu di tenggorokannya, masih ada sedikit rasa tidak ikhlas atau apalah lah, mungkin karena Ibu Bos tidak tahu saja barangkali kalau sebelum umroh Catur dan keluarga sudah meminang Dessy, andai tahu mungkin Ibu Bos tidak seperti ini perasaannya, ia takut juga karena sikapnya yang menolak menjadikan pelarian Catur ke Dessy, atau keputusan nekat yang dia buat.
"Kalau dari sisi pekerjaan belum ada yang baru sepertinya bu, ini tinggal tagihan kebeberapa instansi dan yang lain finising, tinggal naik cetak, nanti coba saya liat di bagian order apa masih ada yang belum terselesaikan," jelas Dita
"Untuk bagian order ada dua Bu, nanti siang sampai malam ini saya selesaikan, besok pagi bisa di serahkan ke instansinya sebagai dami untuk di aprovel tanda persetujuan atau kalau ada perubahan, saya besok masih ke kantor, lusa baru cuti," jelas Catur
"Mungkin kalau ada orderan baru setelah saya cuti yang agak susah Bu, terutama kalau mereka minta selesai dalam waktu satu minggu, kalau lebih satu minggu In Sya Allah bisa kita terima, untuk design yang tidak terlalu rumit, teman-teman di bagian design atau yang sudah rutin saya yakin bisa mereka selesaikan, terkecuali untuk tingkat kesulitan yang tinggi, tapi kalau mereka coba dan daminya mereka setuju tidak ada masalah, Bu," lanjut Catur.
"Kalau semua sudah bisa diselesaikan, ngak masalah, maksud Ibu, Catur dalam satu minggu ini tidak usah mikir kerjaan, fokus untuk pernikahan saja, In Sya Allah Ibu dan anak-anak Ibu akan hadir di akad nikah dan perkawinannya," jelas Ibu
"Selamat ya Catur," Ibu berdiri dari kursinya, mengulurkan tangannya, Catur ikutan berdiri dan menerima uluran tangan Ibu Bos, nampak Ibu ikut tersenyum bahagia.
"Ibu masih ada perlu sama Bu Dita, kalau Pak Catur masih ada yang perlu di omongkan ke kami ?" tanya Ibu
"Tidak ada Bu, saya permisi dulu," Catur beranjak mau meninggalkan ruangan, Dita memukul pelan lengan kiri Catur dan berkata," Kawin juga elo akhirnya,"