Dari kutipan di atas, secara implisit dapat dirasakan kehadiran hiperbola. Seno menggambaran warna darah yang keluar dari lubang mata Saksi Mata secara berlebihan. Kata merah diulang sebanyak empat kali. Penggambaran ini dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa darah yang keluar dari mata Saksi Mata itu sangat banyak dan juga menggambarkan bagaimana penderitaan yang dialami oleh Saksi Mata yang matanya telah dicabut.
Hiperbola yang digunakan Seno untuk menggambarkan darah yang mengalir, dilakukan pada setiap bagian cerita ini. Berikut kutipannya:
Darah masih mengalir perlahan-lahan tapi terus-menerus sepanjang jalan raya sampai kota itu bajir darah.
Seno menggambarkan darah yang mengalir ini secara berlebihan. Pada kehidupan nyata, dara yang keluar dari tubuh seseorang tidak akan mungkin sampai membanjiri seluruh pelosok daerah. Penggambaran ini dilakukan untuk menggambarkan banyaknya peristiwa kekerasan yang dilakukan oleh pihak militer.
c. Majas Simile
Majas simile adalah majas yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding. Majas ini berfungsi sebagai pembanding dua hal dengan memanfaatkan kata penghubung tertentu, seperti bagai, bagaikan, seperti, laksana, dan lain sebagainya.
Dari lobang pada bekas tempat kedua matanya mengucur darah yang begitu merah bagaikan tiada warna merah yang lebih merah dari merahnya darah yang mengucur perlahan-lahan dan terus menerus dari lobang mata itu.
Kutipan di atas menunjukkan simile yang menggunakan tanda baca bagaikan. Penggunaan simile pada kutipan cerpen di atas, dimaksudkan Seno untuk menggambarkan perumpamaan pada warna darah yang keluar dari mata Saksi Mata. Darah yang keluar itu begitu merah sehingga tidak bisa dibandingkan dengan warna merah pada benda lain.
Ruangan pengadilan jadi riuh kembali seperti dengungan seribu lebah.
Pada kutipan cerpen di atas, Seno menggunakan kata seperti sebagai penghubung simile di atas. Penggunaan simile pada kutipan di atas dimanfaatkan Seno untuk menggambarkan suasana riuh yang terjadi di dalam ruang pengadilan. Keriuhan yang terjadi bisa diumpamakan dengungan seribu lebah. Sehingga bisa pembaca bisa membayangkan bagaimana keriuhan yang terjadi di dalam ruang pengadilan itu.
d. Majas Klimaks