Mohon tunggu...
Meirna Fatkhawati
Meirna Fatkhawati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyukai dunia menulis || "sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia lain" || Salam Literasi || silahkan berkunjung www.mirnaaf.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Surat Cintaku yang Tak Berbalas

17 Januari 2019   21:25 Diperbarui: 17 Januari 2019   21:26 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[Tahun 2008]

Hai, diary..... sudah lama tak jumpa ya. Kemarin aku habis ujian loh. Capek deh. Untung saja sudah selesai. Semoga nilaiku bagus-bagus ya. Aamiin. 

Aku seneng banget di ujian semester ini bisa duduk sama cowok cakep. Sama kakak kelas. Kakak kelas itu namanya Kak Rama. Dia orangnya baik. Dia mau bantuin aku pas gak bisa jawab soal. Udah cakep, pinter lagi. Siapa yang gak suka kan? Hahahaha.  Aku suka sama kakak itu. Bagaimana caranya biar aku bisa deket sama dia ya? hhhhemmm....   

Kata teman sekelasku,Yuli dan Ayu, aku lebih baik berkirim surat untuknya. Tentu saja setelah aku bercerita dengannya. Sarannya ku coba saja. Toh gak ada salahnya kan mencoba. Bermodalkan kertas binderku koleksiku dan pulpen gel warna oranye. Ku tulis dengan rasa gugup dan harap-harap cemas. Bagaimana ya nanti reaksi dia? Penasaran dan deg-degan dibuatnya, sampai-sampai aku melewatkan jam istirahat.  Sungguh pekerjaan ini bikin bingung. Lebih baik aku membuat cerpen saja.

Yuli dan Ayu, melihatku  yang kebingungan tak diam saja. Mereka memberikan ide. Inti isi suratnya adalah aku ingin berteman  dengan kak Rama. Ya, sebuah awal yang baik dimulai dari teman, walaupun sebenarnya aku menginginkan hubungan yang lebih dari teman. 

Bel pulang sekolah berbunyi. Aku langsung pulang ke rumah. Aku lapar. Pada jam istirahat aku belum sempat makan siang. Ah, bodohnya aku bisa-bisanya melupakan makan siang. Padahal, aku punya penyakit maag. Berharap semoga maag ku tidak kambuh. Kalau kambuh bisa gawat. Aku merogoh tasku, di dalamnya ada uang. Kenapa aku gak jajan dulu di kantin ya. Semoga saja masih ada makanan di kantin. Semoga masih ada yang jualan, harapku cemas.

Sampai di kantin suasananya sepi sekali dibandingkan saat jam istirahat. Beberapa penjual ada yang sudah pulang. Tidak ada lagi mangkok, piring dan gelas di atas meja. Tapi, hei, itu ada sop babe.  Itu adalah makanan favoritku di kantin. Penjualnya masih ada disana. Asyik. Teriak ku dalam hati.

"Bang, sopnya masih ada gak?"

"Ada neng. Mau beli?"

"Ya bang, satu ya bang. Sama minumnya es teh ya."

"Iya neng.  Sambil nunggu duduk aja neng. Saya siapkan sopnya."

Perutku terus berbunyi. Meraung-raung berisik. Aku malu jika ada orang yang mendengarnya. Berharap semoga perutku ini gak marah. Apalagi jika harus menerorku dengan maag.  Terakhir kali penyakit maagku kambuh seminggu yang lalu. Sungguh sakit rasanya tak tertahankan. Melilit dan nyeri rasanya. Pokoknya tak enak deh kalau sakit.

"Ini neng sopnya. Silahkan dinikmati",

"Wah....dari aromanya sedep nih. Makasih bang",

Langsunglah ku lahap sop itu. Hawa panas dari kuah sopnya langsung masuk ke hidungku, sehingga membuatku mengeluarkan air liur. Ku aduk-aduk sop itu. Panas dari kuah sop menyeruak ke hidungku. Aroma daun bawang, kuah sop yang dicampur dengan santan, daging sapi dan sayuran menguap jadi satu. Sop ini menjadi sempurna dengan ditemani nasi putih hangat, kerupuk, kecap dan sambal. 

Ketika aku sedang asyik makan. Tiba-tiba datanglah kak Rama bersama dengan temannya. Wah, aku malu. Sapa gak ya? apa dia masih ingat wajahku ya? Orang itu semakin mendekat. Mendekat. Ternyata dia mau pesan makanan yang sama denganku. Haduh, kak Rama duduk di sebelahku lagi. Dia melihat ke arahku.

"Halo, sendirian aja dek. Lahap banget makannya",

"Oh...hai kak. Makan kak. Hehehe", dengan gugup ku jawab saja sapaannya.

"Oi bro, lu mau minum apa? Temennya kak Rama bertanya

"Minum air putih aja bro. Yang dingin ya",

Ah, suaranya gede banget sih. Bikin aku jadi tidak fokus makan. Dengan cepat aku makan, sampai lidah ngilu karena masih panas. Denyut jantung yang tidak beraturan ini, membuat aku semakin tidak fokus untuk makan. Harus cepet-cepet selesai makan nih pikirku. 

"Siapa cewek itu? Lu kenal bro?"

"Ini cewek adik kelas yang duduk di samping gue pas ujian kemarin bro",

"Oh. Cewek to. Pantesan....lu jadi.."

Apa kalimat selanjutnya. Mengantung. Membuat ku penasaran saja,

 Lima menit kemudian, . Satu porsi sop dan nasi putih selesai ku masukkan perut. "Alhamdulillah kenyang". Setelah makan sop yang panas, kemudian aku langsung minum habis es teh manis.

"Kak duluan ya. Makanan saya sudah habis", pamitku ke Kak Rama

"Oya. Silahkan".

Tidak lupa aku membayar kemudian keluar kantin. Ketika aku keluar dari kantin, datanglah dua orang perempuan.  Sepertinya kenal, tapi aku tidak tau siapa. Biarkan saja lah.  Aku tak mau ambil pusing.

                                                                                                @@@

Ting...tong...ting...tong. Pertanda bunyi bel pergantian pelajaran. Pada keesokan harinya, saat yang ku nantikan tiba juga. Aku dibantu Yuli dan Ayu pergi ke kelas kak Rama. Sungguh aku tak berani berhadapan dengannya. Aku gugup. Keringat dingin. Perut mulas. Kalau jalan pun tidak seimbang. Aku membayangkan, kira-kira apa yang akan terjadi selanjutnya setelah kak Rama membaca suratku. Aku cemas sekali.

Letak kelas kak Rama dengan kelasku tidak begitu jauh. Kelasku di lantai dua sedangkan kelas kak Rama di lantai satu. Diantara banyaknya kelas, aku hanya fokus pada satu kelas. Yaitu kelas dua belas. Kelas kak Rama yang selalu gaduh saat jam istirahat. Lalu beberapa menit kemudian, keluar siswa laki-laki dan perempuan. Ada yang mengarah ke kantin, mushola dan perpustakaan.  Yang pasti hanya boleh mengisi waktu istirahat di lingkungan sekolah saja. Pernah ku lihat teman-temannya pergi keluar sekolah. Mereka memanjat pagar. Ketika kembali ke sekolah lagi, mereka dihukum di depan kelas. Mereka ketahuan. Aku tidak tau kenapa bisa ketahuan. Aku tak berani melaporkannya ke guru. 

Yuli, Ayu dan aku berjalan bersama melewati beberapa kelas senior. Ada kelas yang gaduh, ada kelas yang sangat sepi ada juga kelas yang masih belajar.  Kami tengok kanan, tengok kiri penasaran dengan keadaan dalam kelas tersebut.  Jika beruntung mungkin ada senior yang tertarik pada kami. Ketika beberapa langkah lagi sampai, perutku mendadak mules. Mungkin karena saking cemasnya. Aku minta tolong Yuli dan Ayu untuk mengantarkan surat tersebut.

"Aduh perutku," aduhku.

"Dew, kamu gak papa kan?" tanya Yuli.

"Gak papa kok. Aku cuma mules aja,"

"Wah, jangan-jangan maag mu kambuh Dew. Kita ke UKS aja yuk. Minta obat", saran Ayu.

"Aku gak papa kok. Beneran. Tadi pagi aku udah sarapan. Jadi kayaknya gak mungkin deh bisa maag."

Aku mencoba meyakinkan kedua sahabatku itu. Aku yakin ini bukan maagku yang kambuh.  Sakit perutku ini menjadi hambatan. Aku memilih pergi ke UKS dibandingkan ke kelas kak Rama.

"Ayo dew, ku antar ke UKS ya", tawar si Yuli.

"Sepertinya aku memang harus pergi ke UKS. Kalian gak perlu mengantarku. Tolong antarkan saja surat ini. Gimana? Kalian mau kan?"

"Kami menjadi kurir surat cinta nih? Kalau misalnya kak Rama naksir kami gimana Dew? Hahaha", kata Ayu.

"Ya gak papa lah. Aku percaya kok kata pepatah. Kalau jodoh gak akan kemana. Masa tega kamu rebut kak Rama dari aku Yu?" godaku ke Ayu.

"Memang gak akan kemana, tapi saingan banyak dimana-mana. Hahahaha", kata Ayu.

Sejurus kemudian, aku ke UKS sendiri.  Jaraknya tidak begitu jauh sehingga aku bisa jalan sendiri. Sedangkan Yuli dan Ayu pergi menjadi kurir suratku untuk kak Rama. Aku tak sabar mendengar cerita mereka.

Bel pulang sekolah berdering.  Aku pulang bersama Yuli dan Ayu. Jalan bersama mereka sambil mendengarkan cerita mereka tentang perjalanan suratku. Ketika sedang berjalan menuju gerbang sekolah, aku melihat Kak Rama pulang naik motor boncengan dengan teman. Temannya adalah seorang perempuan.  Aku melihatnya tak percaya. Perempuan itu yang tak sengaja ku temui di kantin. Sampai kelopak mataku tak mau berkedip. Ku kira dia tak punya pacar. Mereka berboncengan dengan mesra.

"Cieee.............. priwit. Prikitiew, yang baru jadian. " ku dengar dari celotehan temannya.

"Ciee...ciee...." timpal yang lain.

Panas kupingku mendengarnya. Yuli dan Ayu pun juga tak menyangka. Wajah mereka juga terlihat sebal. Ngedumel. Bisik-bisik di telingaku. Mencoba memberi dukungan padaku. Aku harus sabar.

"Aku gak papa kok, Yul, Yu. Santai aja. Kalian lebay deh. Kak Rama kan bukan siapa-siapa aku. Jadi kalau dia sudah punya pacar ya gak papa. Aku rela. Tapi gak gini juga. Kenapa dia udah punya pacar saat aku suka sama dia. Saat aku berharap padanya," ceritaku ke Yuli dan Ayu.

Aku pun langsung pulang naik ojek. Pipiku basah ketika dalam perjalanan pulang. Sedih. Air mataku menetes. Hari itu menjadi hari yang buruk buatku. Tak nafsu makan. Tidak nafsu bermain apalagi belajar.  Sampai di rumah, aku mengurung diri di kamar.

@@@

[Tahun 2009, bulan Febuari] 

Aku sebel banget. Beneran deh gak pakai bohong. Kenapa kak Rama sudah punya pacar?  Rasanya aku seperti dibuang. Kebaikannya memang bukan untukku seorang. Ry...aku sebel. Sedih. Marah. Tak terbendung lagi rasanya. Seperti di lirik lagunya Dewa 19 "ingin ku bunuh pacarmu saat kau berdekatan dengannya". Kenapa harus ada suka kemudian benci? Kenapa harus ada cinta kemudian merasakan sakit hati?

Setahun kemudian, aku naik kelas 3 SMA. Fokus untuk kelulusan. Mengambil pelajaran tambahan di sekolah. Ikut juga bimbel di tempat les. Dapat amanah untuk menjadi mentor mata pelajaran Sejarah. Aku terlalu sibuk. Sengaja untuk melupakan dia. Aku tidak punya waktu buat mikirin kakak itu. Bodo amat lah dia dengan pacarnya. Aku malas bergalau ria. Khawatir nanti bisa mempengaruhi nilai-nilaiku.

Saat pengumuman UAN, ku lihat ada namaku. Alhamdulillah aku lulus. Begitu juga dengan Yuli dan Ayu. Sekolahku memiliki tingkat kelulusan 100%. Setelah pengumuman UAN, aku dan teman-teman bersiap menempuh pendidikan selanjutnya. Aku mendaftar ke salah satu PTN di Jawa Tengah.  Pasalnya, untuk masuk ke PTN tersebut membutuhkan nilai yang tinggi.  Maka aku berusaha keras. Bimbel setiap hari.  Saat sampai di rumah pun belajar lagi. Membeli buku tips ampuh lolos SNMPTN, dan juga buku soal latihan ujian. Hampir setiap hari aku begadang. Mata lelah dan ngantuk tak dihiraukan.

Aku percaya bahwa usaha tidak akan mengkhianati. Syukurnya, aku diterima di PTN tersebut. Universitas yang aku impikan. Senang tak terkira. Jadilah aku sebagai mahasiswa perantau. Mahasiswa kost-kostan.

Kenyataannya menjalani kehidupan pada SMA dan kuliah jauh berbeda. Terlebih lagi aku tidak satu atap dengan orang tua. Semuanya serba mandiri. Aku sendiri di kota ini. Jauh dari orang tua dan terkadang aku merasa kesepian.  Agar tak kesepian, aku banyak mencari teman. Aku juga masih berkeinginan memiliki pacar.  Aku berandai-andai bagaimana jika aku punya pacar di masa kuliah? Bagaimana ya rasanya dekat dengan cowok. Kalau berangkat kuliah bisa diantar jemput. Mengerjakan tugas kuliah bersama. Makan malam bersama. Malam minggu punya acara kencan dengannya. Kalau pergi jalan-jalan bisa bareng sama dia. Dan masih banyak kegiatan lainnya yang bisa dilakukan bareng pacar.  Bisa pamer sama teman-teman SMA. Pasti rasanya menyenangkan, begitu pikirku.  

Pada awal semester, mahasiswa baru diwajibkan untuk mengikuti mentoring. Aku pun senang mengikuti mentoring. Punya teman baru dan senior yang sangat baik. Pada suatu hari di salah satu pertemuan mentoring membahas tentang pacaran dan bagaimana islam mengatur komunikasi dengan lawan jenis. Islam mengajarkan bahwa kita harus menjaga aurat dan pandangan kita dari lawan jenis. Jika begitu pacaran tidak boleh dong? Awalnya aku kecewa. Agak sulit buatku menerapkannya dalam kehidupan. Aku masih ingin berteman dengan banyak lawan jenis. Aku masih ingin punya pacar di masa kuliahku. Ingin bersenang-senang seperti kebanyakan teman-temanku.

Seiring waktu berjalan, semakin sering pula aku merenung. Aku banyak bertanya ke pementorku. Kalau begini bagaimana. Tapi aku ingin ini. Banyak keinginanku yang bertolak belakang dengan perintahNya. Aku bimbang dan galau. Kadang teman-teman di kelompok mentoring bercerita tentang pengalamannya selama berpacaran.  Sering dikecewakan, banyak waktu yang terbuang, tugas berantakan, dll. Banyak kerugian yang didapat daripada keuntungan. Aku membaca beberapa buku islam tentang pacaran. Juga bertanya jika ada hal yang tidak aku mengerti. Aku juga pernah iseng ikut kajian karena dekatnya jarak antara kosku dengan masjid. 

Saat tak sengaja menghadiri kajian di masjid dekat kosku, aku termenung. Pada saat itu membahas surat Al-Isra ayat 32 yang berbunyi "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk".

Pelajaran yang bisa ku ambil adalah tentang berpacaran. Bahwa pacaran termasuk perbuatan zina dan dilarang oleh Allah. Mendekatinya saja dilarang, apalagi melakukannya. Kalau berpacaran pasti ada kegiatan dimana bisa berdua-duaan, pegangan tangan, mengelus rambut, mencium pipi, bibir, dan mungkin bisa lebih dari itu. Setan lah yang menghasut mereka melakukan hal tersebut. Naudzubillah. Chatting di sosial media apalagi chat personal pun termasuk ber-khalwat (berduaan dengan lawan jenis).

Pada kajian tersebut, aku mendapat ayat "Perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik pula". Jodoh adalah cerminan dari diri.  Setelah dipikir-pikir ternyata ada benar juga. Aku mencoba menerapkan hal tersebut. Aku pun berusaha memperbaiki diri. Aku mengikuti beberapa kegiatan seputar keagamaan seperti mentoring, pengajian dan ikut Rohis.

Aku sadar bahwa aku tidak ingin pacaran dan bertekad menjadi jomblo yang berprinsip yaitu jomblo sampai halal.  Jika teman-teman yang lain sudah pernah pacaran,  sedangkan aku belum pernah sama sekali. Aku tak merasa risau. Yang ku lewatkan hanya dosa saja kok, sedangkan yang lainnya sudah melakukan dosa. Mungkin Allah sengaja tidak memberiku kesempatan pacaran ya karena Allah sayang sama aku. Aku tidak berkesempatan mencicipi cinta yang salah.

Jodoh itu sudah ada yang ngatur. Tidak perlu repot tebar pesona ke lawan jenis. Jodoh sudah disiapkan oleh Allah. Lebih baik kita sibukkan diri dengan perbaikan diri, agar pantas mendapatkan yang terbaik. Semoga aku bisa istiqomah tidak pacaran sampai ijab kabul terucap. Jomblo sampai halal? Siapa takut? ^^

Sumber gambar :

www.herworld.co.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun