Mohon tunggu...
Meirna Fatkhawati
Meirna Fatkhawati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyukai dunia menulis || "sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia lain" || Salam Literasi || silahkan berkunjung www.mirnaaf.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Surat Cintaku yang Tak Berbalas

17 Januari 2019   21:25 Diperbarui: 17 Januari 2019   21:26 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ini cewek adik kelas yang duduk di samping gue pas ujian kemarin bro",

"Oh. Cewek to. Pantesan....lu jadi.."

Apa kalimat selanjutnya. Mengantung. Membuat ku penasaran saja,

 Lima menit kemudian, . Satu porsi sop dan nasi putih selesai ku masukkan perut. "Alhamdulillah kenyang". Setelah makan sop yang panas, kemudian aku langsung minum habis es teh manis.

"Kak duluan ya. Makanan saya sudah habis", pamitku ke Kak Rama

"Oya. Silahkan".

Tidak lupa aku membayar kemudian keluar kantin. Ketika aku keluar dari kantin, datanglah dua orang perempuan.  Sepertinya kenal, tapi aku tidak tau siapa. Biarkan saja lah.  Aku tak mau ambil pusing.

                                                                                                @@@

Ting...tong...ting...tong. Pertanda bunyi bel pergantian pelajaran. Pada keesokan harinya, saat yang ku nantikan tiba juga. Aku dibantu Yuli dan Ayu pergi ke kelas kak Rama. Sungguh aku tak berani berhadapan dengannya. Aku gugup. Keringat dingin. Perut mulas. Kalau jalan pun tidak seimbang. Aku membayangkan, kira-kira apa yang akan terjadi selanjutnya setelah kak Rama membaca suratku. Aku cemas sekali.

Letak kelas kak Rama dengan kelasku tidak begitu jauh. Kelasku di lantai dua sedangkan kelas kak Rama di lantai satu. Diantara banyaknya kelas, aku hanya fokus pada satu kelas. Yaitu kelas dua belas. Kelas kak Rama yang selalu gaduh saat jam istirahat. Lalu beberapa menit kemudian, keluar siswa laki-laki dan perempuan. Ada yang mengarah ke kantin, mushola dan perpustakaan.  Yang pasti hanya boleh mengisi waktu istirahat di lingkungan sekolah saja. Pernah ku lihat teman-temannya pergi keluar sekolah. Mereka memanjat pagar. Ketika kembali ke sekolah lagi, mereka dihukum di depan kelas. Mereka ketahuan. Aku tidak tau kenapa bisa ketahuan. Aku tak berani melaporkannya ke guru. 

Yuli, Ayu dan aku berjalan bersama melewati beberapa kelas senior. Ada kelas yang gaduh, ada kelas yang sangat sepi ada juga kelas yang masih belajar.  Kami tengok kanan, tengok kiri penasaran dengan keadaan dalam kelas tersebut.  Jika beruntung mungkin ada senior yang tertarik pada kami. Ketika beberapa langkah lagi sampai, perutku mendadak mules. Mungkin karena saking cemasnya. Aku minta tolong Yuli dan Ayu untuk mengantarkan surat tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun