Perutku terus berbunyi. Meraung-raung berisik. Aku malu jika ada orang yang mendengarnya. Berharap semoga perutku ini gak marah. Apalagi jika harus menerorku dengan maag. Â Terakhir kali penyakit maagku kambuh seminggu yang lalu. Sungguh sakit rasanya tak tertahankan. Melilit dan nyeri rasanya. Pokoknya tak enak deh kalau sakit.
"Ini neng sopnya. Silahkan dinikmati",
"Wah....dari aromanya sedep nih. Makasih bang",
Langsunglah ku lahap sop itu. Hawa panas dari kuah sopnya langsung masuk ke hidungku, sehingga membuatku mengeluarkan air liur. Ku aduk-aduk sop itu. Panas dari kuah sop menyeruak ke hidungku. Aroma daun bawang, kuah sop yang dicampur dengan santan, daging sapi dan sayuran menguap jadi satu. Sop ini menjadi sempurna dengan ditemani nasi putih hangat, kerupuk, kecap dan sambal.Â
Ketika aku sedang asyik makan. Tiba-tiba datanglah kak Rama bersama dengan temannya. Wah, aku malu. Sapa gak ya? apa dia masih ingat wajahku ya? Orang itu semakin mendekat. Mendekat. Ternyata dia mau pesan makanan yang sama denganku. Haduh, kak Rama duduk di sebelahku lagi. Dia melihat ke arahku.
"Halo, sendirian aja dek. Lahap banget makannya",
"Oh...hai kak. Makan kak. Hehehe", dengan gugup ku jawab saja sapaannya.
"Oi bro, lu mau minum apa? Temennya kak Rama bertanya
"Minum air putih aja bro. Yang dingin ya",
Ah, suaranya gede banget sih. Bikin aku jadi tidak fokus makan. Dengan cepat aku makan, sampai lidah ngilu karena masih panas. Denyut jantung yang tidak beraturan ini, membuat aku semakin tidak fokus untuk makan. Harus cepet-cepet selesai makan nih pikirku.Â
"Siapa cewek itu? Lu kenal bro?"