Mohon tunggu...
Jemat Pinggiran
Jemat Pinggiran Mohon Tunggu... Foto/Videografer - GM Wenput Yubu
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Suaraku adalah Penaku, Menulis Untuk Hidup

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nilai Babi di Masyarakat Meck Wenput

11 Februari 2022   08:59 Diperbarui: 11 Februari 2022   09:05 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gambar Ilustrasi Babi. Dok, pribadi Tangan Ajaib tahun 2019)

NILAI BABI DAN PERANANNYA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT MECK WENPUT (YALIMECK).

Oleh Na. G. Miram.


Ditulis untuk baca di kalangan orang Yalemek pada umumnya dan orang meck Wenput (Kampung Saya) pada khususnya. Sebelum saya tulis lebih lanjut tentang Nilai babi dan peranannya di masyarakat Yali dan meck (Yalimek), ada baiknya saya menyampaikan maksud tulisan ini.

Kali ini, saya angkat judul ini dengan tujuan dan untuk melawan Kebunahan budaya atau tradisi masyarakat yang dewasa ini semakin hari kian terancam hilang di tengah modernisasi pengaruh budaya luar yang berkembang begitu pesat. Karena itu saya ringkas berdasarkan cerita neptopba orang tua dari honai. Dan dalam tulisan ini, saya merangkai ada beberapa sebutan atau istilah menggunakan bahasa meck Wenput. Karena itu saya berharap bagi pembaca budiman yang bukan pengguna bahasa meck atau orang dari luar meck mohon dimaklumi dan hormati nya sebagai sebuah keharusan yang harus dipertahankan untuk melestarikan setiap budaya dan bahasa Yang Tuhan ciptakan.

Dan dalam tulisan ini, saya akan lebih banyak ulas tentang Nilai babi di mata orang meck Wenput. Dan saya tidak akan ulas lebih tetail budaya Yali secara keseluruhan, tetapi saya sangat yakin bahwa apa yang saya tuangkan ini sudah mewakili tradisi kebiasaan dan atau gaya hidup orang yali dan meck pada umumnya. Sebab disana budayanya hampir mirip, hanya berbedaan berada pada sebutan atau fungsi kegunaan.

Selain itu, saya menggunakan bahasa yang berat dalam meringkas tulisan ini, Dan tidak seperti biasa yang saya tuangkan dengan bahasa sederhana dalam tulisan seperti biasa. Saya menyadari agaknya sulit untuk di mengerti setiap kalimat dan kata yang saya rangkai oleh semua kalangan. Karena itu saya berusaha hadirkan dengan tulisan ini dibarengi bahasa sederhana dan bahasa ilmiah. Untuk membermudah pembaca dapat mengerti maksud ringkasan ini.

Bagi masyarakat yalimeck babi merupakan salah satu ternak yang memiliki nilai mitologis, nilai spritual, nilai sosial, nilai kebersamaan dan nilai status sosial seseorang. Selain itu babi merupakan alat dan memiliki peranan strategis untuk mencapai tujuan tertentu seperti tujuan politik, hukum, religius perkawinan dan menyelesaikan kebutuhan serta persoalan-persoalan di masyarakat.

Dalam kehidupan sosial masyarakat Yalimek, babi menjadi pusat perhatian. Babi dapat menjadi media yang baik untuk meredakan ketegangan, dan memenuhi tingkat kepuasan para pihak dalam menjawab sejumlah tuntutan.

Hal ini disebabkan karena babi dinilai sebagai harta benda yang memiliki nilai tinggi dikalangan orang yali Dan meck. Tak heran, semua harta kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat di yalimeck nilainya tidak begitu tinggi tetapi nilai babi di mata masyarakat sangat sakral untuk itu, dalam kaitannya dengan memelihara ternak babi setiap orang berkewajiban membuat kebun, mendirikan rumah laki-laki dan perempuan memungut hasil hutan.

Selain itu bagi masyarakat Yalimeck ternak babi merupakan sesuatu yang berharga, setelah penciptaan, dari masa nenek moyang sampai sekarang, babi menjawab segalah kebutuhan dan kesulitan manusia. Benteng pertahanan terakhir adalah penyelesaian perkara-perkara masyarakat.

Sepanjang perjalanan hidup babi menjadi peringatan mengenai penciptaan dunia, manusia dan segala isi dunia. Anggota masyarakat membedakan jenis-jenis babi yang disebut: Tolon Paham Babi coklat, solom paham Babi putih, piri paham Babi hitam.

Babi memang hewan yang terhina menurut orang lain karena ia cungkil atau makan tanah, tetapi ia merangsang suara tuan pemeliharanya. Babi mendengar tuan mengantar makanannya ia mulai bicara "Kar-kar" pertanda bahwa ia senang atau marah karena kelaparan.

Babi selalu menanggung penyelesaian perkara-perkara yang di pikul manusia. Manusia melakukan pelanggaran-pelanggaran, kesalahan-kesalahan baik perkara ringan sampai perkara berat. Suatu proses penyelesaian perkara adalah pembayaran tenda dengan ternak babi.

Pemeliharaan Ternak Dan Pesta Babi
a. Pemeliharaan ternak babi, menurut orang yalimeck dalam hal pemeliharaan ternak babi mereka mengenal beberapa syarat yakni jenis babi, warnanya, serta fisik. Ini merupakan identitas ternak babi.

b. Pesta Babi, Paham Kaulna adalah acara pesta babi yang dilangsungkan pada acara musiman pesta babi yang dilaksanakan oleh masyarakat suatu kampung. Pesta babi dilangsungkan menurut perhitungan waktu yang ditentukan dan diketahui umum oleh setiap anggota masyarakat dalam kampung. Dan juga wetsepna paham adalah pesta babi yang dilangsungkan disaat acara dansa yang berlangsung di suatu kampung atas undangan kampung itu, di sela kesempatan acara pesta babi biasa juga terjadi pembayaran maskawin.

BABI SEBAGAI MASKAWIN.
Paham Kelsangka, Babi diyakini sebagai satu-satunya alat maskawin yang mengikatkan tali persekutuan pada suatu acara perkawinan. Pembayaran maskwin kepada pihak perempuan merupakan suatu kewajiban bagi setiap laki-laki. Penyerahan Pembayaran maskawin dilakukan pada momen tertentu, antara lain:

Maskwin Paham kaulnak telamna songag adalah maskawin yang dilangsungkan pada acara pesta babi masyarakat umum di dalam suatu kampung. Dan teradisi pesta babi dilangsungkan menurut perhitungan waktu yang ditentukan dan diketahui umum oleh setiap anggota keluarga dalam kampung. Pada kesempatan acara pesta babi, bagi setia anggota masyarakat yang hendak melangsungkan pembayaran maskawin dapat dilakukan pada kesempatan itu.  
 
Maskawin paham kelsangka wetsepna adalah maskawin yang dilangsungkan disaat acara dansa berlangsung disuatu kampung dengan sistem mengundang-undang. Kalau pada acara dansa ini salah satu pihak laki-laki langsung menyerahkan babi kepada pihak perempuan hal itu dapat dipahami sebagai penyerahan maskawin. Karena pihaknya telah menerima babi melalui jalur perempuan. Babi maskawin adalah penyerahan babi dalam upacara yang berlangsung khusus untuk maskawin. Usaha pihak laki-laki yaitu mengumpulkan sejumlah ternak babi dan mengantar atau menyerahkan pada upacara maskawin itu. Sejumlah babi yang diserahkan suatu saat akan dikembalikan sebagai kelabo alonga tetapi babi tertentu tidak dikembalikan oleh pihak perempuan kepada pihak laki-laki.

Maskawin spontan, adalah penyerahan secara spontan kepada perempuan tanpa suatu rencana. Secara tiba-tiba orang masak babi antero atau babi hidup yang diperoleh secara tiba-tiba, dan pihak laki-laki mengingat bahwa belum bayar maskawin atau penambahannya lalu menyerahkan babi itu kepada pihak perempuan kelabo.

Dan kelsangka yang dilangsungkan dengan membayar sejumlah babi itu di pahami sebagai Nika sah dalam budaya meck Wenput.

BABI DALAM PENGATURAN HAK TANAH
Hak ngai adalah hak atas tanah dan hutan yang peroleh melalui penyerahan ternak babi kepada pemilik tanah dan hutan. Masyarakat mengetahui batas-batas tanah garapan mereka yang wariskan maupun diperoleh melalui perkawinan, atau perbuatan-perbuatan lain dalam kaitannya dengan tanah hak milik masyarakat. Marga-marga dalam kampung mengatur sistem kehidupan sosial dalam masyarakat termaksuk pengaturan tanah. Batas tanah garapan, batas hutan, batas-batas kampung dan wilaya ditandai dengan gunung, batu, kali/sungai, pohon, tumbuh-tumbuhan yang di tanam dengan maksud itu.

Hutan-hutan umumnya hak dari marga-marga dengan batas-batas tertentu bersifat komunal. Sehingga marga yang bersangkutan dalam masyarakat mengatur kedalam mengenai memungut dan membagi hasil hutan. Hanya marga yang bersangkutan boleh masuk hutan sedangkan marga yang lainnya tidak boleh sembarangan, kecuali bersama-sama dengan salah satu dari marga yang bersangkutan atau dengan ijin marganya. Kelompok-kelompok masyarakat sepenghunian mengakui sistem pembagian dan hak sesuai dengan batas-batas tadi. Sehingga masyarakat mengenal tuju klasifikasi tanah yaitu; tanah garapan dua jenis, hutan, tempat keramat, tempat memelihara babi, lokasi pemukiman, sumber air dan jalan setapak dan jembatan. Atas dasar klasifikask tanah tadi diatur hak-hak areal tanah marga-marga dalam masyarakat sepenuhnya menurut hukum alam tadi, tradisia masyarakat dan pembagian yang tercipta secara alamiah.

 Hak-hak yang berkaitan areal bedasarkan tuju jenis hak atas tanah yaitu:

1. Hak ilin elairinge, hak yang mewariskan tanah garapan kepada anak berdasarkan keturunan yang dapat diperoleh dari bapaknya.

2. Hak ilin maum hak atas tanah garapan yang diwariskan kepada pihak perempuan untuk kemudian di wariskan kepada anak-anak hasil perkawinan.

3. Hak yang diperoleh dari orang luar kekerabatan yang dapat diwariskan tetapi sewaktu-waktu dapat diambil kembali oleh pemegang hak ngainge.

4.  Hak pakai, hak untuk menggunakan tanah garapan untuk pakai sementara di berikan kepada orang yang mempunyai hubungan kekerabatan dengan pemakai misalnya kepada istri, suami dan saudara lainnya, tetapi tetap hak ngainge.

5. Hak sementara, hak untuk menggarap tanah orang non keluarga berdasarkan atas perjanjian antara dua orang dan berlaku untuk jangka waktu tertentu.

6. Hak komunal, hak seluruh anggota kelompok sepenghunian untuk menggunakan tanah umum.

7. Hak marga, hak setiap marga untuk menggunakan hutan yang di kuasai marga.

Pengurus sistem pembagian hak di latarbelakangi oleh pembagian marga-marga. Demikin kedudukan hukum pengaturan tanah menjadi penting, menunjuk identitas diri masyarakat. Pengaturan berdasar atas kesadaran pemilik kepribadian dan merupakan hukum yang bertumbuh pada identitas diri masyarakat.

BABI MENENTUKAN STATUS SOSIAL SESEORANG
a. Kepemimpinan masyarakat seorang pemimpin masyarakat yalimeck belum pernah mewarisi statusnya dan tidak pernah diangkat melalui suatu upacara dalam masyarakat. Melainkan keterlibatan seseorang dalam masyarakat, bagaimana ia melakukan aktivitas sehari-hari seperti minum dan makan bersama, kepemilikan hasil kebun, harta benda dan jumlah ternak babi, mengutamatkan kebersamaan. Seorang seperti dia dianggapnya sebagai "nimi nubunge atau tupne" (seorang bangsawan) seorang yang dianggap pemimpin, ia juga mengumpulkan ternak babi dan membangun hubungan-hubungan dengan kampung lain di sekitarnya. Dengan cara mengundang kampung lain untuk datang berdansa dikampungnya. Beberapa hal tersebut menjadi parameter bahwa seorang dianggap atau diakui sebagai pemimpin masyarakat. Nimi nubunge atau tupne adalah yang di terima oleh masyarakat.

b. Model kepemimpinan
Kita dapat beberapa model kepemimpinan dalam masyarakat yalimek misalnya di kosarek Uria Nipsan Alm, Abram Yalak Alm, yang juluki Kaho kepala dan di sekitar Wenput Ismail Suhuniap Alm, Darius Tame Alm, Limor Tibul Alm, Maklon Suhuniap serta kepala suku di yali Anggruk Kolubak Pahabol Alm, Dan Marten Pusop Alm, dan beberapa nama besar lainnya. Disetiap kampung ada kepemimpinan mereka yang bervariasi. Kolubak Pahabol seorang gaga perkasa dengan berani melakukan apa saja dalam kekuasaannya. Memilik istri-istri, harta, dan ternak babi yang jumlahnya banyak.

NILAI BABI DALAM KONFLIK PERANG
Peranan babi dalam konflik perang, pembayaran dengan menyerakan sejumlah ternak babi secara langsung, juga dengan cara penanggung jawab konflik perang mengundang berdansa di kampungnya lalu pada kesempatan ini menyerahkan sejumlah ternak babi. Ternak babi yang diserahkan harus yang besar dan gemuk, dapat menyatakan rasa gembira dan nikmatnya terhadap pihak mal tamnang atau mal usoknang.

BABI DALAM POLITIK
Wabe adalah diambil dari bambu dan digunakan dengan berbagai fungsi dalam kebutuhan manusia. Bambu digunakan untuk air minum, pus dibuat untuk memana babi dan wabe juga sebagai pisau untuk memotong daging babi.

Bambu Wabe dimasukan dalam daging babi dan diberikan kepada orang lain yang berhubungan keluarga. Hubungan emosional yang sama dengan kematian anggota keluarga saat dimedan peperangan. Dengan memasukan bambu Wabe dalam daging babi dimaksudkan untuk menimbulkan atau memancing emosi. Sebagai pihak penerima dagingnya mereka berkumpul dengan maksud menyantap bersama. Ternyata daging tadi terdapat runjingan bambu yang sengaja dimasukan dengan menimbulkan emosi.

Orang yalimeck memiliki dasar moral unik dalam pandangan ini, bahwa akibat dari konflik perang itu diantara para pihak memang mengalami kematian itu dan atas jasa baik perang orang telah menerima daging babi yang disebut paham kamna (Utang Babi).

BABI SEBAGAI PANDANGAN HIDUP
Babi memiliki aspek mitologis sebagai pandangan hidup orang yalimeck. Babi dalam kehidupan orang yalimeck tidak terbatas pada aspek kebutuhan manusia semata-mata, melainkan memelihara ternak babi mengandung kedalaman pemahaman nilai sakralismenya. Sehingga kewajiban manusia dalam memelihara ternak babi adalah perekat hubungan hidup dan matinya manusia. Pandangan hidup demikian digeneralisasikan kedalam kehidupan marga-marga yang memahami kepercayaan yang hampir terpusatkan pada pemeliharaan ternak babi.

Apabila tindakan manusia dalam melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas tanggung jawab dan kewajiban pemeliharaan ternak babi dengan kehendak baik maka akan mendatangkan berkat berlimpah ganda memenuhi kebutuhan individu dan kelompok masyarakat. Apabila tindakan itu dilakukan dengan kehendak tidak sesuai akan membawa masalah.

Ungkapan-ungkapan ritual tergantung dari objek ritualnya. Apakah pemulihan, pemeliharaan perlindungan, keselamatan, perdamaian dan seterusnya manusia memusatkan perhatian pada ternak babi.

Pandangan hidup yang abstrak tadi diproyeksikan kedalam kehidupan sehari-hari. Dari keyakinan mereka, kesadaran pemeliharaan ternak babi, berkebun, mendirikan rumah laki-laki dan perempuan, memungut hasil hasil hutan, berburu, upacara-upacara sambil diwajibkan doa restu melalui ritual khusus yang sesuai cara yang di atur. Pemberian-pemberian korban persembahan korban persembahan kepada pencipta. Dan leluhur, dan alam semesta. Korban bersembahan selalu menyebut pencipta, sesuai siapa moyang masyarakat zaman mereka. Korban persembahan ritual-ritual itu tidak ada gemuk-gemuk babi yang disimpannya.

Mereka percaya bahwa tugas masyarakat dengan kesadaran berkebun demikian hasil-hasilnya dinikmatinya. Setiap orang laki-laki penuh kesadaran berkebun, agar mampu menghidupi dirinya, keluarga, memiliki dan memelihara ternak babi secara sehat.

Orang laki-laki atau perempuan yang tidak bekerja dihinakan, diejek dari orang-orang dalam kampung. Siapa yang terhina dalam masyarakat akibat pemalasan pasti tidak menginginkan, tetapi karena sering tidak menuruti nasehat-nasehat atau anjuran-anjuran, peringatan-peringatan orang besar.

Saudaramu berkebun, juga engkau berkebun.Saudaramu memelihara ternak babi, engkau juga memelihara ternak babi. Jikka engkau tidak menuruti dan engkau pergi kepada saudaramu, engkau akan malu dan terhina sendiri.

Pesan orang tua diikuti orang muda dan ditaatinya. Orang tua menjadi teladan dalam memelihara ternak babi, berkebun dan melakukan aktivitas lainnya. Karakter identitas wujudnya ditonjolkan pula dalam pandangan formalisme. Upacara khusus menyangkut kegiatan-kegiatan resmi seperti pembukaan kebun/ lahan baru, pembukaan hasil kebun baru, mendirikan rumah laki-laki yawi mengumpulkan hasil hutan.

Dinamika kini pemberitaan Injil memperkuat argumentasi agama masyarakat yang menjadi landasan pandangan hidup tadi. Orang tua pada waktu lalu memberikan persembahan kepada yang di rasa paling berperan dan campur tangan didalam kehidupan setiap individu dan kelompok dalam masyarakat. Dan sekarang perakteknya persembahannya diberikan di dalam tiap-tiap kebaktian, seperti kebaktian hari minggu, hari-hari tertentu dalam tradisi kristen seperti korban persembahan syukur diakhiri tahun sebelum memasuki Natal dan persembahan pemeliharaan dan perlindungan di awal tahun baru.

 NILAI BABI DALAM KEBUDAYAAN MATERIL
Kebudayaan Materil itu ada hubungannya dengan unsur-unsur kepercayaan dalam agama asli masyarakat. Kebudayaan materil yang telah dibakar dalam api. Pada waktu kebudayaan materil ini dibakar, sebagian kampung masyarakat menyerakan dengan kerelaan. Masyarakat dari sebagian kampung lainnya melakukan perlawanan.

NILAI BABI DALAM EKONOMI
Di tahun 1960-an babi ditukar dengan kapak besi, parang dan babi yang dibawa oleh misionaris. Fungsi kapak sangat bermanfaat dalam mengantikan kapak batu, dipakai sebagai alat berhiasan laki-laki dan perempuan pada waktu upacara dansa.

Babi dipotong saat kunjungan tamu-tamu yang datang dari kampung lain, dan juga dari luar daerah yalimeck. Babi sering dijual seekor dengan berbagai variasi harga sesuai dengan besar kecilnya ternak babi. Harga babi sekarang rata-rata 10 juta hingga 20 an juta, harga sapi lebih rendah dari babi. Orang yalimeck tidak ada pendapat nilai uang perbulan antara tahun 1970an hingga 2003, babi mampu menyekolahkan siswa-siswa dari daerah ini. Banyak yang sudah berhasil karena hasil ternak babi. Karena siswa-siswa lulus dari sekolah dasar melanjutkan ke kota wamena dan jayapura waktu itu tidak ada pemekaran kabupaten Yahukimo dan dibiayai dengan hasil jual ternak babi.

Bila anak sekolah minta biaya kepada orang tuanya di kampung, orang tua menjual ternak babi dengan cara potong atau dengan babi hidup kepada petugas gereja atau guru sekolah dasar dan mantri. Ia bertanggung jawab menanggung biaya studi anak di kota.
Sekian pentingnya babi dalam pandangan masyarakat yalimeck dari dulu hingga tahun 2003 dan tahun 2003 hingga kini nanti saya akan ceritakan di lain waktu.

Akhir dari Tulisan saya Singkat ini, saya ingin mengajak para pembaca budiman terutama para kaum mudah papua yang pernah kita dengar cerita dongeng dihonai, yang pernah belah kayu bakar, yang pernah berburu kukus, burung, Dan yang pernah berkebun bersama orang tua waktu lalu dikampung, Mari kita menuangkan pengalaman Itu dengan mencoba menjadikan cerita-cerita lisan ini kedalam Tulisaan.

Syalom selamat membaca, semoga bisa bermanfaat bagi begiat literasi budaya papua.
Semangat pagi Allah jaga.

Dekai 10 Feberuari 2022
Na: Tangan Ajaib
Penulis adalah Jemat Pinggiran Penikmat Debu Jalanan

Sumber Tulisaan ini dari:
1. Certa dongeng Para orang tua di honai Kampung saya Wenput.
2.Buku karangan I. R. Silak
3. Hasil diskusi Dan Wawancara penulis dengan Bapak Benyamin T. dikampung Walae.
Jika ada kesamaan judul, Thema atau isi dari tulisan ini maka saya sampaikan mohon untuk dimaklumi Karena saya sama sekali tidak menyiplak tulisan ini dari siapapun selain Sumber yang saya sebutkan Di atas. Tulisan ini lahir murni dari cerita-cerita para orang tua yang pernah penulis dengar dikampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun