Aku beserta yang lainnya langsung lari ke bawah melewati beberapa tangga. Sesampainya di depan ruang UGD dimana nenek terbaring, di situ pula kita mendengar suara sirine ambulance yang akan membawa nenek ke Rumah Sakit lain, aku lupa nama rumah sakitnya. Tetapi tepatnya rumah sakit yang ada di Bandung.
Aku yang hanya bisa menangis melihat nenek harus dipindahkan ke ambulance dengan berkata pada mamah "Mah kenapa ini harus seperti ini? Kenapa kakek juga nenek harus terbaring lemah dengan waktu yang bersamaan Mah? "
Ujar mamah sambil memeluk erat tubuhku "sabar, Nak...ini semua cobaan untuk keluarga kita. Mamah juga sebenarnya sulit menerima semua ini."
Lalu aku berkata kembali dengan air mata yang sulit untuk ditahan, "aku benar-benar gak tega melihat kakek terbaring lemah di ICU dan harus melihat nenek pergi menaiki mobil ambulance dengan keadaan lemah pula."
Mamah]pun hanya bisa menguatkanku dengan mengatakan "semua akan baik-baik saja, berdo'a selalu"
Dengan suara sirine ambulance yang terus berbunyi aku berteriak saat ambulance yang di dalamnya ada nenek, harus pergi meninggalkan kita semua.
"nek...nek.....nenek!!" Teriakku
Malampun datang, aku tidur bersama mamah dan kakak sedangkan bapak menunggu kakek di Rumah Sakit bersama saudaraku yang lain. Sedangkan sebagian saudara lain menunggu nenek di Rumah Sakit Bandung.Â
Dering handphone berbunyi sekitar pukul 2 malam ada panggilan dari bapakku, perasaan kita sudah tidak enak dan ternyata bapak memberitahu kalau nenek harus meninggalkan kita semua untuk selamanya. Aku, mamah dan kakak langsung menuju rumah nenek pada malam itu, dan semua sanak sauadara sudah berkumpul dengan perasaan duka sedalam-dalamnya.Â
Tidak hanya itu, kita juga memikirkan tentang kondisi kakek yang masih terbaring lemah di Rumah Sakit. Tak disangka-sangka maut telah menjemput nenek terlebih dulu. Ambulance jenazah nenekpun tiba di halaman depan rumah nenek, dengan suara sirine yang terus terngiang dan balutan kesedihan air mata duka yang terus membasahi bumi.Â
Kita tidak mampu memberhentikan tangisan kesedihan itu, aku sangat kehilangan sosok nenek. Masih terbayang senyumannya, masih terkenang tawa sebelum kakek dan nenek terbaring tak berdaya dan sekarang nenek harus meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Bahkan kakek tidak tahu bahwa nenek telah meninggalkan dirinya karena kakek masih terbaring di Rumah Sakit.
Setelah pengurusan jenazah selesai hingga pemakaman, kita keluarga besar berkumpul dengan balutan kesedihan dan duka yang mendalam. Kita berkumpul memikirkan apa yang harus kita katakan kepada kakek kalau nenek telah pergi selamanya.Â