“ Bagaimana pun juga , kalau nak Diaz mau serius sama neng Ipeh , bapak hanya bisa mendo’akan semoga kalian berjodoh dan bisa hidup bahagia ” .
“ Iya nak Diaz , semoga kalian berjodoh ya … ” . Kata Ibunya Ipeh dengan senyum merekah di wajahnya yang masih nampak anggun meski usianya sudah paruh baya .
Tinggal sisa lima hari menuju pertemuan , Ipeh di sebrang sana sedang sibuk dengan segala persiapan untuk pulang ke tanah air . Hatinya bergejolak bahagia , namun ada rasa takut menyelinap sanubarinya . Sejujurnya Ipeh takut kalau setelah pertemuan nanti , Diaz tak mampu menerima dia apa adanya . Bagaimana pun mereka kenal di dunia maya yang segalanya penuh dengan tanda tanya dan untuk mendapatkan jawabannya hanya dengan pertemuanlah .
Dia pun terkenang akan percakapannya dulu dengan Diaz , bahwa cinta tulus itu akan terbukti setelah pertemuan nanti . Jikalau setelah pertemuan itu rasa sayang keduanya semakin bertamabah itu artinya mereka saling menyukai masing-masing keperibadian diantaranya dan sebaliknya , jika rasa sayang itu luntur setelah pertemuan , itu artinya rasa yang ada di antara mereka hanya karena ketertarikan fisik semata .
Hari jumat siang Ipeh tiba di tanah air dua hari lebih awal dari jadwal yang sudah di rencanankannya . Dia sengaja pulang lebih awal dan tidak memberitahukan Diaz , maksud hati Ipeh hanya ingin terlebih dahulu minta pendapat dari keluarganya sebelum melakukan pertemuan dengan Diaz nanti.
Ternyata kedua orang tua Ipeh sangat menyukai Diaz , walaupun mereka cuman baru sekali bertemu tapi rupanya Diaz mampu memberi kesan baik di mata kedua orang tuanya . Dan restu pun telah di kantongi Ipeh , dengan begitu dia bisa dengan lega untuk menemui Diaz .
“ Selain ganteng , sikapnya sopan dan dia tidak menunjukan kalau dia masih usia 22 tahun . Intinya dia mampu berpikiran dewasa lah ” . Kata Ibunya Ipeh mengenang masa pertemuanya dulu dengan Diaz .
“ Itu yang penting , usia gak mesti jadi patokan yang penting dia bisa bersikap dewasa ” . Timpa sang bapak sembari menyeruput kopi hitamnya .
“ Jadi Ibu dan bapak sudah yakin dan merestui kami ? . Ujar Ipeh dengan pipinya yang merah merona karena menahan rasa malu . Kedua orang tuanya menganggukan kepala secara bersamaan tanda mengiyakan .
Dua hari sebelum pertemuan Diaz pun telah menyiapkan segalanya termasuk membeli sepasang cincin permata , untuk melamar Ipeh di hari pertemuan mereka nanti sesuai dengan apa yang diharapan neneknya untuk meresmikan hubungannya dengan Ipeh . Dia tak sabar menunggu hari esok , dan waktu pun serasa lamabat berjalan . Tak biasanya dia segerogi saat ini , biasanya dia selalu super pede dengan lawan jenis yang mau dia kencani tapi kali ini dia merasa ada yang beda . Denyut jantungnya serasa berdetak tak normal , sesekali dia tersenyum sendiri layaknya idiot .
“ Ini mungkin yang di namakan cinta ? ” . Diaz membatin sambil bercermin memperhatikan setiap lekuk wajahnya yang berbentuk oval itu .