"Tanah itu telah lama terbentuk. Itu berarti tanah itu telah lama ada dalam kitab-kitab gambarku. Aku akan mengajakmu ke sana. Dan akan memaksamu menulis di tanah itu."
Atlas meninggalkan Gady yang tengah berpikir keras membaca rencana Atlas. Tak ada yang mampu dia tangkap kecuali sebuah kehancuran. Mendatangi suatu daerah tanpa izin itu adalah hal yang terlarang. Apa lagi menulis di kawasan yang bukan hak kuasanya.
Sementara itu. Atlas bergelut dengan pikirannya sendiri, antara menyelamatkan sebuah alam juga antara sebuah kegagalan sebab bila  rencananya gagal, kehancuran dalam sekian detik akan menggulung mereka.
"Dapat...." Ucap Atlas sumringah sembari membawa sebuah kitab tebal bewarna hijau zamrud ke arah Gady. Lalu memutar-mutar layar ke tanggal yang telah lampau. Setiap tulisan di layar itu akan ada tanggal yang menandai kapan tulisan itu ditulis.
"Apa maksudnya?"
"Kita akan ke tanah sesuai gambar dalam kitab ini." Atlas memperlihatkan sebuah gambaran planet, bumi tertulis di sana. Dan sebuah tanah yang berpulau-pulau, secara terbata dapat terbaca pulau itu adalah In-do-ne-sia. Tujuan mereka adalah tanah Indonesia.
"Dan kau lihat di layar itu." Kini telunjuk Atlas menujuk ke tulisan masa silam yang bertuliskan, "dan keturunanku akan mendatangi sebuah tanah di pulau lain untuk menciptakan sebuah...."
"Kamu tahu Gady. Itu telah tertulis lama. Dan kita bisa mengulang. Kita akan ke sana."
"Tunggu."
"Apa lagi? Bukankah udah jelas?"
"Kalimat terakhir, menciptakan sebuah.... Sebuah apakah?"