Mohon tunggu...
Mini GK
Mini GK Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Muda Yogyakarta

Mini GK; perempuan teman perjalanan buku dan kamu ^^ Penerima penghargaan karya sastra remaja terbaik 2015 Penulis novel #Abnormal #StandByMe #LeMannequin #PameranPatahHati

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tiupan Mimpi (Bagian 2)

23 September 2017   21:25 Diperbarui: 23 September 2017   23:05 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku juka tidak tahu."

Gady kembali melemah lagi menyadari semuanya sia-sia. Kalau pun Atlas bisa menggambarkan yang telah terjadi, itu tidak ada pengaruhnya sama sekali. Dan itu tandanya kehancurkan akan benar-benar terjadi. Gady lemah tak berdaya. Tapi tidak dengan Atlas yang kini serasa tubuhnya makin bertenaga. Dia tengah asyik menggambar apa yang baru saja terjadi. Menggambar apa yang telah ditulis Gady dengan tidak sadar di layar. Juga menggambar sesuai dengan apa yang didengarnya dari kotak suara di atasnya.

"Kamu tahu Gady? Aku tak pernah menggambar gerhana bulan. Penguasa rakyat. Kelaparan. Bencana. Tsunami, gempa bumi, gunung meletus. Aku tak pernah menggambarnya sebelumnya. Dan sekarang aku menggambarnya." Ucap Atlas panjang tanpa jeda. Namun sayang ucapan Atlas sama sekali tidak memberikan efek pada tubuh Gady yang telah benar-benar tak berdaya. Seakan kekuatannya tersedot. Menguap bersama hawa panas yang keluar dari tubuh Atlas. Kehangatan memenuhi ruangan.

"Gady, aku telah menyerap kekuatan dari bencana-bencana yang telah terjadi."

"Aku tak peduli."

"Tapi aku mau kamu menuliskan lagi sesuatu, sesuatu tentang tanah di mana kehancuran ini terjadi."

"Kamu bodoh. Atau kamu itu iblis yang memang mengharapkan kehancuran." Gady geram mendengar ucapan Atlas yang memintanya menuliskan tentang tanah di mana kehancuran itu mulai terjadi. Kalau Gady menuliskan itu, dalam pikirannya berarti dia telah melakukan pelanggaran lagi pada aturan nenek moyangnya. Walau secara nyata dia mampu menuliskan diskripsi tanah itu, itu sangat tidak dianjurkan untuk ditulis. Kehancuran akan benar-benar menghampiri.

"Kamu jangan egois. Ini semua untuk kebaikan kita."

"Arrrgg.... Cukup Atlas. Kerjamu hanyalah menggambar, sama sepertiku hanya menulis. Menggambar dan menulis yang telah terjadi bukan yang belum terjadi."

"Oke. Aku paham. Kalau begitu aku akan menggambar sendiri. Asal kamu tahu, aku akan membawa kita ke tanah di mana bencana itu terjadi. Dan kamu tahu, aku adalah Atlas. Si pemilik semua gambar."

"Maksudmu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun