Berhari-hari, lelaki itu berusaha bangkit. Kehobiannya menulis kini menjadi cara ampuh dalam mengusir rasa sepinya. Jutaan kata dituangkannya lewat kalimat indah. Â
Dan penghuni Kota kaget setengah mati, ketika pada suatu suatu malam, suara beratnya menguncang nusantara. Narasinya tentang suatu permasalahan daerah bergema melalui sebuah saluran televisi berita terkenal. Namanya mendadak terkenal. Orang-orang mulai mencari dirinya.
" Hebat Gama. Hebat. Semalam suaranya menggema di televisi," kata seorang temannya.
" Iya. Saya juga dengar," sela yang lain.
" Dia bangkit dari rasa sesalnya," sambung yang lain.
" Aku tak percaya, dia bisa berbicara di media televisi itu. Itu televisi terkenal," bantah yang lain.
" Ntar malam anda tonton acara itu. Dengarkan. Baru anda percaya," jawab temannya.
" Itu bukti kalau anda kalah bersaing dengan dia. Semua orang mendengarkan. Itu fakta yang tak terbantahkan. Makanya rajin-rajin nonton televisi. Jangan cuma cuap-cuap di warkop," sela yang lain.
Gelegar suaranya yang mendengung  lewat televisi berita itu menjadi bahan perbincangan para penghuni Kota. Mareka mulai meninggalkan cerita tentang stigma buruk tentang dirinya sebagai lelaki jalang. Mareka mulai bercerita tentang kehebatan lelaki itu.Â
Dan lelaki itu masih tetap sendiri. Berjalan susuri hari dengan sejuta ide dan gagasan. Susuri malam dengan sejuta gagasan yang dituangkannya lewat tulisan dan suara. Suaranya kini menjadi trending topik warga Kota. Mareka menunggu di depan televisi apa yang akan dinarasikan lelaki itu pada malam ini dan seterusnya. lelaki itu kini bermartabat sebagai lelaki di mata para penghuni Kota.
Warga Kota kembali gempar ketika sebuah tulisan karya lelaki itu mareka baca di sebuah koran lokal. isinya mengkritisi tentang perilaku orang-orang yang sering bersama dengan petinggi daerah hanya untuk menghisap darah kekuasaan dan kepentingan dirinya.