Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Peron Stasiun Kota

25 Januari 2020   08:01 Diperbarui: 25 Januari 2020   07:59 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.pexels.com

Namun Anisa sama sekali tidak bisa menggerakkan kaki untuk melangkah. Seluruh tubuhnya kaku. Bahkan saat mulutnya hendak membuka untuk mengeluarkan jeritan kecil. Tidak sedikit suarapun yang terdengar. Anisa terbelalak. Tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Tapi paham bahwa bahwa ada sesuatu yang sedang terjadi.

Hanya kepala dan matanya saja yang masih berfungsi normal. Anisa bisa melihat dengan jelas saat ibu setengah baya di depannya mengeluarkan suara ah uh ah uh ketakutan ketika menyaksikan dua orang gadis muda kakak beradik itu bangkit berdiri dari tempat duduknya. Bukan berdiri, tapi melayang! Sambil diiringi ketawa cekikikan yang mendirikan bulu roma. Baju putih mereka yang sebelumnya nampak rapi, sekarang terlihat begitu lusuh dan robek-robek di banyak bagian.

Anisa memucat sepias kertas ketika dengan jelas melihat "sepasang" gadis muda itu "terbang" di hadapannya menuju rel kereta dan akhirnya lenyap tak berbekas.

Belum hilang rasa paniknya, terdengar suara keras saat ibu setengah baya di depannya itu terjatuh, dan menggelosoh pingsan. Anisa seperti tercekik batang lehernya setelah menyaksikan apa yang membuat ibu itu pingsan. Bapak tua yang kacamatanya terlihat lucu itu, juga bangkit berdiri. Kali ini tidak melayang namun tubuhnya berdiri gontai dengan kepala yang sudah copot dan dijinjing di tangannya!

Giliran pemuda yang dari tadi asik main gawai, terjatuh dari tempat duduknya. Pingsan!

Anisa melotot tak percaya melihat tubuh tanpa kepala dan menjinjing kepalanya di tangan itu berjalan terhuyung-huyung seperti orang buta lalu menghilang begitu sampai pada batas rel kereta.

Aaaahhh! Terdengar jeritan kencang memenuhi ruangan peron saat perempuan cantik yang sedari tadi tekun membaca buku, membuka mulut mengeluarkan jerit ketakutan. Lelaki yang acuh dan mukanya tertutup topi lebar itu membuka topi dan memperlihatkan kengerian jenis lain! Wajahnya rata! Astaga!

Anisa yang masih belum bisa menggerakkan tubuh, bisa melihat dengan jelas ketika lelaki bermuka rata itu bangun dari duduknya dan berlari kencang menuju rel. Hilang!

Perempuan cantik itu tidak pingsan. Namun tubuhnya terlihat menggigil, lalu tersandar lemas di punggung kursi.

Entah bagaimana, kali ini Anisa bisa menggerakkan tubuhnya lagi. Berdiri dan menyadari hanya tinggal dirinya, ibu setengah baya, pemuda, dan perempuan cantik yang tersisa di peron ini.

Anisa merasakan airmata sudah menggantung di sudut matanya. Rasa takut dan fragmen kengerian yang baru saja dialaminya membuat dirinya ingin menangis sekeras-kerasnya. Duh Gustiii!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun