Arya Dahana kebingungan bukan main. Dia berada di tengah-tengah permainan kata-kata dua gadis yang sama-sama keras hati ini. Â Bisa-bisa akan pecah kembali pertarungan. Â Dia harus mencegahnya. Â Pemuda ini tersenyum memohon kepada Dewi Mulia Ratri sembari berkata lembut.
"Ratri, aku mohon percayalah kepadaku...aku berjanji tidak akan melanggar norma kemanusiaan apapun dalam melunasi janjiku ini...percayalah. setelah melunasi hutang nyawa ini, aku akan datang menemuimu...ada hal penting yang ingin kubicarakan denganmu dan ini hanya menyangkut kita berdua saja..."
Dewi Mulia Ratri sudah hampir menyemprotkan kata-kata pedas lagi ketika dia melihat sinar mata penuh permohonan dari pemuda itu benar-benar dalam. Â Ditambah lagi kalimat terakhir yang diucapkan Arya Dahana membuatnya terperangah kaget. Â Hal penting? Hanya mereka berdua? Â Hatinya dipenuhi oleh rasa penasaran yang teramat sangat.
Gadis ini menahan hatinya. Â Jika dia berkeras, Putri Anjani bahkan mungkin akan meminta Arya Dahana melakukan hal-hal yang lebih aneh lagi. Â
Menemani putri cumi-cumi itu bertemu Panglima Kelelawar mungkin tidaklah aneh. Â Dia yakin Arya Dahana sama sekali tidak suka mencampuri urusan kerajaan dan tidak meletakkan kakinya di satu pihak. Â Menemani ke Istana Timur? Â Ini yang agak memberatkan hatinya. Â Perjalanan ke Istana Timur sangatlah jauh. Â Mereka akan menempuh perjalanan bersama sama selama berhari hari. Â Berdua saja. Â Hhhhhhhhh menyebalkan!
Dewi Mulia Ratri sama sekali tidak menyadari bahwa semua mata tertuju kepadanya. Â Gadis ini masih berkutat dengan pikirannya sendiri. Â Raut mukanya sangat mudah ditebak. Â Penuh dengan rasa jengkel dan marah. Â Arya Dahana berdehem untuk menggugah kesadaran Dewi Mulia Ratri. Â Gadis itu terperanjat. Â Pipinya bersemu merah.
"Dahana, aku... atas nama Dyah Puspita yang telah menitipkan dirimu padaku...mengijinkanmu membayar lunas semua hutang nyawamu kepada gadis ini. Â Tapi ada syarat yang harus kau penuhi...kau harus berjanji untuk memenuhi syarat ini...jika tidak, maka aku tidak akan mengijinkanmu. Â Aku tidak peduli putri cumi cumi ini mempunyai gendewa sakti. Â Aku tidak peduli jika kau malah membantunya melawan kami....kita akan perang bubatkan semua di sini!"
Dewi Mulia Ratri berkata berapi-api kepada Arya Dahana sambil melirik Putri Anjani yang masih saja tersenyum mengejek.
Arya Dahana tersenyum maklum.
"Baiklah Ratri, Â sebutkan apa syaratmu?"
Gantian sekarang Dewi Mulia Ratri yang tersenyum mengejek ke arah Putri Anjani.