Yang sebenarnya, Bimala Calya merasa patah hati. Â Dia merasa bahwa cintanya tidak akan kesampaian. Â Ini menyedihkan. Â Tapi huru hara kehidupan yang dilaluinya sejak kecil menempa dirinya dengan kuat. Â Apalagi dia banyak bertemu dengan sahabat-sahabat yang sangat baik tanpa memperdulikan seperti apa latar belakangnya. Â
Mendiang Dyah Puspita dan Dewi Mulia Ratri adalah dua orang yang paling peduli dengannya. Â Dia tidak mungkin merusak persahabatan demi sebuah cinta yang bertepuk sebelah tangan. Â
Tidak! Â Dia akan mempertahankan persahabatan ini selamanya. Â Dia akan memberi nomor kedua bagi cinta. Â Bimala Calya perlahan-lahan menemukan kembali senyumnya.
"Arya, aku akan menemani Dewi Mulia Ratri di sini. Â Aku menemukan seorang sahabat yang mengerti aku. Â Aku menemukan kebahagiaanku. Â Pergilah, aku akan selalu ingat kata-katamu..."
Arya Dahana menarik nafas lega. Â Gadis ini tidak boleh dibiarkan patah hati dan terlunta-lunta. Â Gadis ini adalah mutiara yang sebelumnya terpendam dalam lumpur. Â Jangan sampai jatuh lagi dalam lumpur yang lain.
Pemuda ini menatap Dewi Mulia Ratri sekali lagi. Â Ada sebuah kilatan cahaya di matanya. Â Kilatan cahaya yang hanya bisa dilihat oleh Dewi Mulia Ratri. Gadis ini sedikit tersipu. Â Dia mengenal kilatan itu semenjak perang besar Blambangan dulu. Â Kilatan yang sama juga saat puncak peristiwa naga Merapi. Â Lalu kilatan yang terlihat lagi saat dia secara membabi buta menyerang pemuda itu di Ngobaran sebelum pemuda itu terjatuh ke jurang laut.Â
Itu kilatan penuh rindu. Â Kilatan yang pertama kali dulu merajam hatinya. Â Dan setelah itu berkali-kali menusuk jantungnya. Â Ingin rasanya dia menubruk pemuda itu dan meletakkan kepala di bahunya sambil menangis sejadi jadinya. Â Selama ini dia merasa selalu berteman dengan sunyi. Â
Pemuda ini adalah keramaian yang dia inginkan. Â Tapi dia tidak tahu bagaimana cara menyampaikan. Â Dia merasa tak berdaya. Â Ada sesuatu yang selalu mencegahnya. Â Sesuatu yang muncul dari dalam dirinya sendiri. Â Harga diri.
Tanpa berkata apa apa lagi, Arya Dahana memberi isyarat kepada Putri Anjani untuk meninggalkan tempat itu segera. Â Gadis dari laut utara itu melemparkan senyuman yang lagi-lagi mengejek kepada dua gadis di hadapannya sambil berlalu mengikuti langkah Arya Dahana.
Dewi Mulia Ratri mengikuti dengan ekor matanya kepergian pemuda yang membuatnya ditelikung huru hara cinta itu. Â Di sisi lain, dia geram pada Putri Anjani. Â Gadis itu sangat berbahaya. Â Gendewa sakti di tangannya sangat luar biasa. Â
Dewi Mulia Ratri bergidik. Â Bagaimana jika gadis yang dikuasai nafsu amarah itu berhasil membujuk Panglima Kelelawar untuk bergabung atau bersekutu. Â Itu seperti kekuatan tanpa batas. Â Galuh Pakuan akan berada dalam bahaya besar. Â Jumlah dan kekuatan pasukan tidak menjamin jika harus berhadapan dalam perang melawan orang-orang seperti Putri Anjani atau Panglima Kelelawar. Â