Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Idu Geni

15 Maret 2019   06:34 Diperbarui: 15 Maret 2019   06:38 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyadari bahwa dia bisa celaka, Dewi Mulia Ratri lalu mengerahkan pukulan Gempa Pralaya.  Dan pertarungan pun menjadi seimbang lagi.  Gerakan kedua gadis muda yang sakti ini sangat berlawanan.  Putri Anjani dengan gerakan yang kaku namun penuh dengan tenaga mematikan, melawan Dewi Mulia Ratri dengan gerakan yang gemulai seperti bumi yang sedang dilanda gempa.

Pada puncaknya, Dewi Mulia Ratri mengerahkan kekuatan di kedua tangannya, lalu serentak menghantamkan kedua telapak tangannya ke tanah. Getaran maha hebat mengguncang gelanggang pertarungan.  Getaran itu mengalir di dalam tanah mengarah kepada Putri Anjani yang langsung saja mengerahkan  Gora Waja sekuatnya karena tahu pukulan Dewi Mulia Ratri yang satu ini dahsyat luar biasa. 

Begitu guncangan usai, tubuh Putri Anjani hanya bergoyang goyang namun tetap tegak di tempatnya.  Hanya saja, dari sudut mulutnya mengalir sedikit darah tanda dia terluka dalam.  Tidak parah namun cukup membuat gadis ini terguncang jiwanya karena Gora Waja yang dikuasainya ternyata belumlah sempurna.  Jika telah sempurna, tidak mungkin dia sampai terluka. 

Namun gadis ini bukanlah gadis yang mudah menyerah.  Diraihnya Gendewa Bernyawa dari balik punggungnya.  Dewi Mulia Ratri terkesiap.  Ini berbahaya!  Dia tidak tahu bagaimana caranya menghadapi pusaka sakti itu.

Sebelum Putri Anjani membidikkan gendewa sakti itu ke Dewi Mulia Ratri, terdengar suara melengking tinggi luar biasa yang menyakitkan telinga. Suara itu berubah tinggi rendah lalu mendayu-dayu lalu melengking tinggi sekali.  

Terdengar suara gemuruh kepak sayap dari hulu sungai Cipamali mengarah ke gelanggang.  Sebuah bayangan besar pekat menghitam nampak di atas langit.  Bayangan besar itu bergerak cepat menuju Putri Anjani. 

Putri Anjani menajamkan penglihatannya.  Hatinya tercekat.  Bayangan hitam besar yang berniat menyerang dirinya itu kelelawar!  Ribuan kelelawar! Bukan, itu ratusan ribu kelelawar!  Tengkuk Putri Anjani merinding.  Namun gadis yang dipenuhi dendam ini tidak mau menyerah begitu saja. Dipentangnya Gendewa Bernyawa ke arah ratusan ribu kelelawar itu.

Bimala Calya sengaja memanggil bantuan kelelawar kelelawar di hutan sekitar Cipamali karena dia tahu nyawa Dewi Mulia Ratri sedang dalam bahaya besar.  Dia tahu bahwa bala bantuan kelelawar itupun hanya mengulur-ulur waktu saja.  Gendewa itu sangat bertuah dan sakti.  

Pasti bisa menanggulangi serangan ratusan ribu kelelawar itu.  Benar saja.  Saat Putri Anjani menarik tali busur Gendewa Bernyawa, ribuan anak panah berapi meluncur deras ke angkasa mengarah ratusan ribu kelelawar yang bergemuruh menyerang Putri Anjani. 

Terdengar decit-decit kesakitan dan bau hangus daging terbakar saat ribuan kelelawar terjatuh dalam keadaan gosong.  Beberapa kali Putri Anjani melakukan tindakan yang sama.  Beberapa kali juga ribuan kelelawar mati terbakar saat jatuh ke tanah.  Puluhan ribu bangkai kelelawar bertumpuk di depan markas dan jalanan menuju sungai Cipamali.  Mengerikan!

Tentu saja sehebat-hebatnya Gendewa Bernyawa, kecepatan Putri Anjani tetap masih kalah dengan beruntunnya serangan yang datang dari ratusan ribu kelelawar yang dipanggil Bimala Calya.  Ribuan kelelawar sudah sangat dekat saat Putri Anjani masih sibuk mementangkan lagi Gendewa Bernyawa.  Gadis ini tidak sempat lagi mempergunakan gendewa sakti itu.  Ribuan kelelawar mengerubuti tubuhnya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun